REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kementerian Pertanian (Kementan) meresmikan Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) pertama di Indonesia, di Serpong, Tangerang. Didirikannya lembaga pendidikan itu untuk menghasilkan tenaga-tenaga terampil di bidang pengembangan teknologi mesin pertanian.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, pada Jumat (4/10) melakukan peletakan batu pertama pembangunan kompleks PEPI. Ia mengatakan, pendirian kampus PEPI sejalan dengan komitmen pemerintah menciptakan teknologi dan inovasi pertanian.
Pemerintah, kata Amran, dalam lima tahun ke depan fokus pada pembangunan sumber daya manusia. Karenanya, pola pertanian tradisional harus ditransformasikan menjadi modern. Tentu tujuan itu harus didukung dengan ketersediaan sumber daya manusia yang mumpuni yang harus dicetak mulai sekarang.
"Lima tahun ke depan, kita membangun sumberdaya manusia. Kita siapkan pemuda tani Indonesia yang menguasai teknologi. Sebab tanpa teknologi kita tidak mungkin bisa bersaing dengan negara-negara lain. Makanya kita dirikan Kampus PEPI," Amran di Tangerang, Banten, Jumat pagi.
Selain meningkatkan penciptaan teknologi, Amran menekankan pendirian Kampus PEPI juga untuk menarik genesi muda agar semakin meminati hingga terjun di sektor pertanian.
Secara pribadi, Amran menginginkan agar depan Kampus PEPI dapat menghasilkan seluruh alat mesin pertanian modern yang diciptakan langsung oleh mahasiswa dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 100 persen.
"Kita ingin Indonesia tidak lagi menjadi operator alat mesin pertanian seperti traktor, combine harvester dan lainnya. Tapi semua diproduksi disini. Itu mimpi besar dan kita bisa wujudkan," katanya.
Sebagai informasi PEPI baru membuka tahun ajaran pertama pada tahun ini. Terdapat 72 mahasiswa yang telah menjadi peserta didik terpilih dari total 539 pendaftar. Lebih rinci, 24 orang dari program studi (prodi) Teknologi Mekanisasi Pertanian, 24 orang prodi Tata Air Pertanian, dan 24 orang Teknologi Hasil Pertanian.
Metode pendidikan PEPI sendiri menerapkan sistem boarding school atau asrama dengan 30 persen teori dan 70 persen praktik. Adapun biaya pendidikan digratiskan untuk tahun tertentu bagi mahasiswa terpilih.
Amran mengatakan, tahun-tahun selanjutnya peserta didik PEPI bakal terus ditambah. Pemerintah berharap, lulusan PEPI nantinya bukan sekadar sebagai pencari kerja, tapi menciptakan lapangan kerja di sektor pertanian.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan Kementan serius untuk menjadikan PEPI sebagai politeknik berkelas dunia.
"PEPI diharapkan mencetak tenaga terampil yang berkompeten di bidang mekanisasi pertanian dan menjadi solusi untuk menggairahkan generasi muda untuk berkiprah di sektor pertanian dengan cara-cara yang modern," ujar dia.
Dedi menuturkan pendirian PEPI juga bersinergi dengan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ini untuk memperkuat pendidikan serta pelatihan vokasi. "Saya sangat berharap PEPI ke depan menjadi rujukan pembangunan PEPI di negara-negara Asia bahkan dunia. Kami terus membangun network dengan dunia usaha dan industri," katanya.