Jumat 04 Oct 2019 18:06 WIB

Christian Sugiono Ceritakan Sulitnya Jadi Orang Tipe INTP

Berdasarkan hasil tes psikologi, Christian Sugiono termasuk tipe INTP.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Christian Sugiono
Foto: Istimewa
Christian Sugiono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Christian Sugiono mengaku sering merasa gelisah saat malam tiba. Bahkan, ia sering bangun tengah malam. Apa sebenarnya yang terjadi padanya?

Menurut Christian, ia pernah mengikuti tes psikologi. Dari situ, ia mengetahui bahwa ia termasuk kategori orang introvert, intuitive, thinking, perceiving (INTP) berdasarkan Indikator Tipe Myers-Briggs.

"Saya model orang yang selalu berpikir dan pikiran harus selalu dikeluarkan, disalurkan. Kalau dipendam jadi bad mood, keringetan," ujarnya dalam konferensi pers Erlangga Talent Week 2019 dengan tema “Peranan Orang Tua dalam Mengembangkan dan Mengasah Bakat Anak Generasi Z” di Jakarta, Rabu (2/10).

Pria yang akrab disapa Tian ini mengatakan, bila malam tiba, dia sering merasa gelisah. Ia bahkan sampai tidak bisa tidur.

"Jam 11 tidur, jam 1 kepikiran sesuatu, entah itu ide, sesuatu yang harus dilaksanakan. Harus segera saat itu juga. Buka notes, tulis di situ. Kalau bisa dikerjain langsung, ya dikerjain," ungkap ayah dua anak ini.

Tian baru mengetahui tipe karakter dirinya sekitar 10 tahun lalu. Saat itu, ia masih berusia 28 tahun.

Selain pemikir, Tian juga termasuk orang yang tidak bisa diam. Ia selalu merasa harus melakukan sesuatu.

"Kalau tidak, saya bisa pusing," ujar suami dari aktris Titi Kamal ini.

Tian mengungkapkan, ketika ada ide, kemudian tidak tersalurkan, hal tersebut akan mempengaruhi kondisi tubuhnya. Ia akan gelisah. Apalagi, Tian merupakan golongan yang selalu ingin bergerak atau kinestetik dan harus melakukan sesuatu menggunakan tangannya.

"Saya sangat baik di bidang yang menuntut keterampilan, seperti prakarya. Main musik, piano. Saya merasa puas membuat sesuatu," ujarnya.

Kesadaran akan tipe kepribadian ini, menurut Tian, agak terlambat datangnya. Padahal, sejak kecil orang tuanya sudah memberi tahu dirinya akan menangis saat diam dan bengong. Tian mudah bosan dan mudah mengambek.

"Mama selalu kasih apapun yang bisa saya dikerjakan waktu kecil. Bisa jahit celana, buat makanan, atau hanya sekedar mengaduk adonan kue. Supaya saya bisa  melakukan sesuatu," jelasnya.

Bukan hanya itu, ayah Tian juga memasukkannya les piano. Tapi Tian merasa bosan les piano dan sempat berhenti.

"Belajar piano usia 5 atau 6 tahun, enggak ngerti apa-apa. Ada alat musik piano, enggak ngerti lagu klasik," tambahnya.

Saat dewasa, Tian menyadari ia suka piano. Tian baru sadar orang tuanya memasukannya les piano agar dia pandai  bermusik seperti keluarga ayahnya. Ternyata, bakat Tian ada disitu. Ia memiliki kelebihan gampang melakukan sesuatu.

"Ketika bisa belajar piano, basic main musik ada. Saya sempat setop, saya main band saat SMA. Setelah SMA, saya main piano lagi. Itu basic main musik. Ketika sudah bisa main piano, bisa main alat musik lain, tahu not balok," paparnya.

Tian merasa dia adalah orang yang kreatif. Senang membuat sesuatu yang kreatif. "Saya sebenarnya banyak hobi dan kesukaan. Saat ditanya apa kesukaannya, saya bingung," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement