REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran sangat mendukung rencana PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk mengaktifkan kembali atau reaktivasi jalur kereta api Banjar-Pangandaran. Jalur kereta api dinilai sangat dibutuhkan untuk mendukung Kabupaten Pangandaran sebagai destinasi pariwisata.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pangandaran, Agus Satriadi mengatakan, jalur kereta api Banjar-Pangandaran itu sangat penting untuk aksesibilitas di wilayahnya. Ia mengakui, pemkab memang belum melakukan kajian khusus terkait rencana hidupnya kembali jalur itu, karena menjadi kewenangan PT KAI. Sementara pemkab hanya sebagai penerima manfaat.
"Tapi saya yakin jika jalur itu hidup kembali akan meningkatkan perekonomian. Bupati juga terus berbicara dengan KAI dan Gubernur untuk kelabjutan rencana itu," kata dia, saat dihubungi Republika, Jumat (4/10).
Kereta Perawatan Jalan Rel (KPJR) memadatkan batuan kerikil pada proyek reaktivasi jalur kereta Padalarang-Cianjur di Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (17/1/2019).
Ia menambahkan, reaktivasi jalur itu juga akan meningkatkan aksesibilitas ke Pangandaran sebagai kawasan wisata. Pasalnya, lanjut dia, selama ini aksesibitas masih menjadi masalah utama bagi wisatawan yang akan datang ke Pangandaran.
Agus menyebutkan, saat ini hanya ada dua alternatif wisatawan untuk datang ke wilayahnya, melalui jalan darat atau pesawat terbang yang jadwalnya masih terbatas. Dengan adanya jalur kereta, kata dia, aksesibilitas ke Pangandaran akan lebih optimal.
"Soalnya akses itu memang masih menjadi masalah di sini untuk pariwisata pada saat ramai," kata dia.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Undang Sohbarudin mengatakan, aktifnya kembali jalur kereta peninggalan zaman Hindia Belanda itu merupakan mimpi warga Pangandaran. Pasalnya, saat ini akses transportasi untuk keluar atau masuk wilayah itu masih sangat mengandalkan jalan darat.
Pekerja memasang bantalan rel pada proyek pengerjaan reaktivasi jalur kereta Cianjur-Padalarang di Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (10/12/2018).
Selain itu, ia menambahkan, kehadiran jalur kereta itu juga akan meningkatkan sektor pariwisata Kabupaten Pangandaran. Ia menyebutkan, untuk mengoptimalisasi sektor pariwisata itu dibutuhkan atraksi, anemitas, dan aksesibilitas.
"Yang paling menjadi persoalan itu akses baru satu, yaitu jalan raya. Itu sudah bagus tapi kan harus ada alternatif. Ketika peak seasson itu jalur akses dibutuhkan bukan hanya dari jalan nasional, tapi kereta, penerbangan, laut, juga sangat diharapkan," kata dia.
Bukan hanya itu, Undang mengatakan, hidupnya kembali jalur itu juga bisa menjadi daya tarik wisata. Pasalnya, jalur kereta itu menyimpan banyak sejarah. Artinya, hidupnya kenbali jalur kereta Banjar-Pangandaran bukan hanya untuk alat transportasi, tapi juga tempat wisata.
Ia menyebutkan, ada beberapa tempat bersejarah di jalur itu, salah satunya jembatan Cikacepit yang memiliki panjang sekitar 290 meter. Selain itu, terdapat juga terowongan Wilhemina dengan panjang lebih dari 1.000 meter.
"Jadi itu bisa jadi daya tarik wisata," kata dia.
Warga menunjukan terowongan Philip jalur kereta api Banjar-Pangandaran bekas peninggalan Belanda di Desa Mekarsari, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu (9/1/2019).
Bukan tidak mungkin, lanjut Undang, pemkab juga akan program untuk wisatawan berkeliking kawasan bersejarah itu. Karena itu, pihaknya sangat mendukung rencana reaktivasi jalur kereta api Banjar-Pangandaran. Ia berharap, rencana itu dapat terealisasi secepatnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro mengatakan, saat ini pihaknya mulai melakukan pemetaan sepanjang jalur rel kereta api Banjar-Pangandaran. Hal itu dilakukan untuk persiapan reaktivasi kereta api di jalur tersebut yang selama ini sudah bertahun-tahun tidak berfungsi.
"Banjar-Pangandaran sedang dilakukan pemetaan jalur lamanya," kata kata dia saat uji coba jalur kereta api Cibatu-Wanaraja di Kabupaten Garut, Kamis (3/10).
Menurut dia, pemetaan jalur itu dinilai perlu untuk melihat kondisi jalur rel yang sudah lama tidak digunakan. Apalagi, di jalur itu banyak terdapat jembatan dan terowongan panjang peninggalan zaman Hindia Belanda. Setelah dilakukan pemetaan, PT KAI dapat mengetahui kondisi riil di lapangan, apakah masih bisa digunakan atau perlu diperbaiki agar lebih kuat.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga perlu mendata jumlah rumah warga yang akan terdampak dari rekativasi jalur itu, termasuk jumlah pohon yang harus ditebang. "Pemetaan itu supaya tahu jumlah keluarga yang harus dilakukan penggantian, dan berapa pohon di sana, jembatan juga diperiksa," kata dia.
Ia mengungkapkan, PT KAI saat ini sedang memeriksa empat terowongan peninggalan zaman Belanda di jalur rel Banjar-Pangandaran. Terowongan tersebut, kata dia, bukan menjadi hambatan bagi PT KAI, tapi akan diperhitungkan tingkat kondisinya masih layak digunakan atau perlu diperkuat konstruksinya.
Meski begitu, ia belum bisa memastikan kapan proyek reaktivasi jalur Banjar-Pangandaran akan dapat dilaksanakan. "Target secepatnya karena Pangandaran daerah yang perlu dibantu angkutan massalnya," katanya.
Selain reaktivasi Banjar-Pangandaran, PT KAI juga tengah menggarap proyek reaktivasi jalur rel kereta api Cibatu-Garut. Selanjutnya, jalur kereta api yang akan direkaktivasi adalah Bandung-Ciwidey dan Tanjungsari di Kabupaten Sumedang.
"Prinsipnya, jalur mati itu kita reaktivasi karena kebutuhan angkutan kereta makin hari makin dibutuhkan masyarakat," kata dia.