Ahad 06 Oct 2019 16:04 WIB

Bangladesh dan India Sepakat Percepat Pemulangan Rohingya

Upaya pemulangan Rohingya sebelumnya gagal karena masalah keamanan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Puluhan ribu pengungsi Rohingya memperingati tahun kedua peristiwa genosida Myanmar yang menyebabkan eksodus mereka di Kamp Kutupalong, Cox’s Bazar, Bangladesh, Ahad (25/8).
Foto: Rafiqur Rahman/Reuters
Puluhan ribu pengungsi Rohingya memperingati tahun kedua peristiwa genosida Myanmar yang menyebabkan eksodus mereka di Kamp Kutupalong, Cox’s Bazar, Bangladesh, Ahad (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Kepala negara Bangladesh dan India sepakat untuk mempercepat pemulangan pengungsi Muslim Rohingya dengan aman, cepat, dan berkelanjutan ke negara asal di negara bagian Rakhine State, Myanmar. Hal itu disampaikan melalui pernyataan bersama yang dirilis pada Sabtu (5/10).

"Mereka (Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dan PM India Narendra Modi) sepakat tentang perlunya 'upaya yang lebih besar' dilakukan untuk memfasilitasi kembalinya (Rohingya)," tulis pernyataan tersebut mengutip pernyataan bersama 53 poin kedua perdana menteri dari United News of Bangladesh, dilansir Anadolu Agency.

Baca Juga

Hasina kini berada di India dalam tur perdananya selama empat hari setelah mengambil alih kekuasaan untuk masa jabatan ketiga berturut-turut. PM Modi menjamu Hasina di Rumah Hyderabad, New Delhi untuk pertama kalinya setelah terpilih untuk masa jabatan kedua berturut-turut.

Pernyataan bersama itu juga mencakup perbaikan situasi keamanan dan kondisi sosial ekonomi di Rakhine untuk memulihkan kepercayaan di kalangan Muslim Rohingya yang teraniaya untuk proses repatriasi. Sebelumnya, beberapa upaya pemulangan Rohingya ke Myanmar dari Bangladesh gagal karena perwakilan Rohingya mengakui tidak mendapatkan hak, jaminan keselamatan, dan permukiman di tempat-tempat asli mereka di Rakhine sehingga membuat mereka enggan kembali ke Myanmar.

Sementara India mengatakan, dalam hal pemulangan pengungsi, pemerintahnya sudah menyelesaikan proyek pertama pembangunan 250 rumah di Rakhine dan kini tengah bersiap untuk mengimplementasikan proyek pembangunan sosial-ekonomi di daerah itu.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya, yang kebanyakan perempuan dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh. Hal itu dipicu karena pasukan Myanmar melancarkan penumpasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017. Total pengungsi yang dianiaya di Bangladesh di atas 1,2 juta oran.

Menurut sebuah laporan oleh Ontario International Development Agency (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, hampir 24 ribu Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar. Lebih dari 34 ribu Muslim Rohingya juga dilemparkan ke dalam api, sementara lebih dari 114 ribu lainnya dipukuli, kata laporan OIDA, berjudul "Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang tak Terungkap."

Sekitar 18 ribu perempuan dan gadis Rohingya juga dilaporkan diperkosa oleh tentara/polisi Myanmar. Sementara lebih dari 115 ribu rumah Rohingya dibakar dan 113 ribu lainnya dirusak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement