REPUBLIKA.CO.ID, LABUHAN BATU UTARA -- Pembangunan pertanian di 6 kabupaten di wilayah Sumatera Utara (Sumut) masing-masing Kabupaten Batu Bara, Asahan, Tanjungbalai, Labuhan Batu Utara, Labuan Batu Induk dan Labuan Batu Selatan telah membuahkan hasil. Produk hortikulturanya telah menjadi langganan pemasok di mancanegara.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil mengatakan Peleyang diminati pasar global adalah buah jeruk nipis, salak, alpukat, sirsak, kecombrang dan pisang kepok.
Khusus untuk pisang kepok, Jamil memaparkan adanya tren peningkatan yang signifikan. Tercatat sebanyak 487 kali sertifikasi ekspor pisang kepok dengan tonase 3,1 ribu ton senilai Rp. 14,6 miliar ke Malaysia dari Januari hingga September 2019. Sementara pada periode sama ditahun 2018, jumlah sertifikasi ekspor dengan tujuan sama hanya 252 kali, volume 1,4 ribu ton dengan nilai Rp 764,9 miliar. Dua kali lipat peningkatanya, tambah Jamil.
Mangga, salah satu komditas ekspor asal Sumut.
Kepala Barantan disaat yang sama melepas ekspor pisang kepok sebanyak 37 ton senilai Rp 170 juta dengan tujuan negara Malaysia. Selaku otoritas karantina yang memberikan jaminan kesehatan dan keamanan produk pertanian, pihaknya melakukan serangkaian tindakan karantina.
Pisang kepok ini harus bebas dari target hama atau pest yang dipersyaratkan negara tujuan yakni Bactrocera musae dan Ralstolonia musae atau Moco disiase. Jika sudah dipastikan aman maka Surat Kesehatan Tumbuhan atau Phyosanitary Certificate (PC) segera diterbitkan.
"Sesuai instruksi Menteri Pertanian, layanan pemeriksaan karantina harus dipermudah dan dipercepat dengan tetap menjaga akurasi pemeriksaannya," ungkap Jamil.
Kepala Karantina Pertanian Tanjung Balai Asahan (TBA), Bukhari menyampaikan sebagai unit pelaksana teknis Barantan, pihaknya telah menggiatkan program Agro Gemilang semenjak bulan Februari hingga kini.
Program 'Ayo Galakkan Ekspor' produk pertanian oleh Generasi Milenial Bangsa ini merupakan program yang digagas Barantan untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor produk pertanian. Program berupa pendampingan dan bimbingan memenuhi persyaratan teknis produk pertanian di pasar global bagi pelaku usaha baru khususnya dari kalangan muda.
Menurut Bukhari, program ini diwilayah kerjanya telah mulai membuahkan hasil. Hal ini dapat dilihat dengan peningkatan pada beberapa indikator. Adanya peningkatan jumlah eksportir sebesar 11,2 persen. Jumlah tujuan negara meningkat 8 persen (2019: 54, 2018: 50).Ppeningkatan sertifkasi karantina untuk ekspor naik sebanyak 13,8 (2019: 3226, 2018 : 2.833)
Dia juga menyampaikan adanya penurunan kinerja ekspor pada produk sapu lidi asal TBA. Dibanding tahun 2018 yang dapat mencapai 297 kali sertifikasi dengan tonase 13,5 ribu ton senilai Rp 881,6 miliar. Ditahun 2019 sampai dengan September baru tercatat 189 kali sertifikasi dengan total 15,1 ribu ton nilai Rp 300,6 miliar.
Terjadinya penurunan kinerja ini disebabkan karena negara India sebagai tujuan ekspor terbesar tengah menetapkan pelarangan sementara terhadap pemasukan Sapu Lidi atau Brom Stick asal Indonesia. Hal ini yang tengah dilakukan upaya negosiasi persyaratan teknis oleh Barantan agar dapat dibuka kembali.
Pelepasan Ekspor Produk Pertanian Sumut
Pada kesempatan yang sama juga diekspor 6 komoditas pertanian Sumut lainya dengan total 17,9 ribu ton dengan nilai Rp 35,5 miliar. Masing-masing terdiri dari Sapu Lidi sejumlah 206 ton tujuan negara Pakistan, Ijuk sejumlah 3 ton tujuan negara Malaysia, Kelapa Parut sejumlah 222,2 ton tujuan negara Cina
Selain itu juga ada Kelapa Serabut sejumlah 36 ton tujuan negara Russia, Palm Kernel Expeller tujuan Yunani dan Pinang Biji sejumlah 260 ton tujuan Iran.
Wakil Bupati Kabupaten Labuhan Batu Utara, Dwi Parantara yang juga hadir dan turut melepas ekspor mengapresiasi upaya pembangunan pertanian yang dilakukan diwilayah kerjanya oleh jajaran Kementan.
Secara khusus, apresiasi juga disampaikan untuk Karantina Pertanian TBA yang telah menjaga kelestarian sumber daya alam hayati sekaligus mendorong upaya pertumbuhan kinerja ekspor di wilayahnya. "Tidak saja sehat, aman dan berlimpah tapi juga miliki daya saing sehingga sehingga produk pertanian asal Sumut dapat laris di pasar global," ucap Dwi Parantara.