Senin 07 Oct 2019 02:05 WIB

BNPB Jelaskan Alasan Pengungsi Gempa Ambon Meningkat

Ada persepsi bahwa selama masa tanggap darurat masyarakat harus mengungsi.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Ratna Puspita
Sejumlah pengungsi korban gempa bumi memperbaiki tenda yang ditempatinya di lokasi pengungsian Desa Waai, Pulau Ambon, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Sabtu (5/10). Para pengungsi tersebut mengungsi ke hutan dan menempati tenda-tenda yang dibangun sendiri pascagempa yang mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya, Kamis (26/9).
Foto: ANTARAFOTO/Izaac Mulyawan
Sejumlah pengungsi korban gempa bumi memperbaiki tenda yang ditempatinya di lokasi pengungsian Desa Waai, Pulau Ambon, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Sabtu (5/10). Para pengungsi tersebut mengungsi ke hutan dan menempati tenda-tenda yang dibangun sendiri pascagempa yang mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya, Kamis (26/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah penyintas gempa bumi Ambon, Maluku mencapai 135.875 orang per Ahad (6/10) pukul 08.00 WIB, sedangkan dua hari sebelumnya sebanyak 111 ribu jiwa. BNPB menjelaskan alasan jumlah pengungsi semakin meningkat.

"Infonya ada persepsi masyarakat bahwa selama masa tanggap darurat masyarakat harus mengungsi," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo kepada Republika.co.id, Ahad.

Baca Juga

Sebab, masyarakat menganggap akan merasa aman jika berada di pengungsian. Kenaikan jumlah pengungsi khususnya di Kabupaten Seram Bagian Barat karena adanya berita palsu atau hoaks yang menyatakan 9 Oktober akan ada gempa besar, informasi ini beredar dari mulut ke mulut. 

Kemudian, lanjut Agus, faktor selanjutnya warga mengungsi karena ada informasi akan adanya bantuan di posko pengungsian. Padahal, tidak spesifik bantuan seperti apa yang diharapkan warga yang sebelumnya pernah mengungsi.

Selain itu, kata Agus, kenaikan jumlah pengungsi karena gempa susulan yang masih dirasakan warga. Situs resmi BMKG melaporkan, gempa dirasakan dalam kategori II (weak) pada Ahad pukul 02.23 WIB dengan kekuatan 3,5 magnitudo kedalaman 10 kilometer yang berpusat di laut 24 kilometer Timurlaut Ambon.

Sementara BMKG mencatat gempa susulan hingga Ahad (6/10), pukul 09.00 WIT mencapai 1.105 kali dan gempa yang dirasakan mencapai 118 kali. Tiga hari terakhir gempa susulan memiliki magnitudo yang cukup signifikan antara M 3,5 hingga 4,4. 

BNPB menetapkan tanggap darurat usai gempa magnitudo 6,5 pada 23 September terjadi di Timurlaut Ambon, Maluku hingga Rabu (9/10) untuk Provinsi Maluku, Kota Ambon, dan Kabupatdn Seram Bagian Barat. Sementara Kabupaten Maluku Tengah tanggap darurat hingga Kamis (10/10).

BNPB mencatat jumlah rumah rusak mencapai 7.245 unit. Jumlah rusak berat mencapai 1.914 unit, rumah rusak sedang sebanyak 1.811 unit, dan 3.520 unit rumah dinyatakan rusak ringan. Sementara 394 unit fasilitas umum dan fasilitas sosial dilaporkan rusak.

Agus menambahkan, terkait dengan pemenuhan logistik, khususnya permakanan, stok bahan pangan masih cukup untuk kebutuhan satu bulan ke depan. Namun demikian, beberapa jenis logistik diakui masih minim dari yang diharapkan mereka yang masih mengungsi, seperti tenda atau terpal. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement