Senin 07 Oct 2019 08:40 WIB

UEA dan Arab Saudi Bahas Situasi Keamanan Kawasan

Saudi dan UEA merupakan sekutu yang terlibat dalam konflik Yaman.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Peta Baru Timur Tengah
Foto: Global Research
Peta Baru Timur Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan melakukan pertemuan dengan Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman di Abu Dhabi, Ahad (6/10). Terdapat beberapa isu bilateral dan regional yang mereka bahas. 

Kantor berita Pemerintah UEA, WAM melaporkan, Sheikh Mohammed dan Pangeran Khalid mendiskusikan masalah militer dan pertahanan. Mereka pun membicarakan situasi keamanan regional yang telah dipicu ketegangan pasca-serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco pada September lalu. 

Baca Juga

"Sheikh Mohammed dan Pangeran Khalid membahas tantangan yang dihadapi wilayah Teluk Arab dan dampak pada stabilitas serta keamanan negara-negara dan upaya untuk menghadapi mereka," kata WAM dalam laporannya.

Namun, laporan itu tidak menyinggung apakah Sheikh Mohammed dan Pangeran Khalid turut membahas tentang konflik Yaman. Saudi dan UEA diketahui merupakan sekutu yang memerangi kelompok pemberontak Houthi di Yaman.

Houthi adalah kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap fasilitas Aramco pada 14 September lalu. Namun, klaim mereka diragukan Barat mengingat kecanggihan dan daya jangkau serangan. 

Amerika Serikat (AS) bersama Inggris, Prancis, dan Jerman justru menuding Iran sebagai pihak yang mendalangi serangan ke fasilitas Aramco. Kendati demikian ketiga negara belum menyajikan bukti yang dapat mendukung dugaan mereka. 

Iran telah membantah terlibat dalam serangan terhadap fasilitas Aramco. Presiden Iran Hassan Rouhani meminta negara-negara yang menuding Iran terlibat dalam peristiwa itu membuktikan tuduhannya. 

Dua fasilitas minyak Aramco di Abqaiq dan Khura diserang pada 14 September lalu. Serangan itu dilancarkan dengan mengerahkan 18 pesawat nirawak dan tujuh rudal jelajah. Sebanyak lima persen produksi minyak dunia dilaporkan terpangkas akibat peristiwa tersebut. Aramco diketahui merupakan perusahaan minyak terbesar di dunia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement