REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Setidaknya delapan orang meninggal dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi di Baghdad pada Ahad (6/10) lalu. Unjuk rasa di Irak telah menewaskan 100 orang dan melukai 6.000 orang.
Pada Senin (7/10), sumber kepolisian mengatakan polisi yang didukung angkatan bersenjata menggunakan peluru tajam. Pengunjuk rasa turun ke jalan selama beberapa jam usai pemerintah mengumumkan akan menggelar reformasi untuk meredakan kemarahan atas korupsi dan pengangguran.
Kericuhan yang terjadi hampir satu pekan ini menjadi tantangan terbesar pemerintahan Perdana Menteri Abdul-Mahdi yang mulai berkuasa satu tahun yang lalu. Bentrokan tersebut memicu ketakutan adanya spiral kekerasan baru yang dapat dimanfaatkan kelompok milisi dan dieksploitasi ISIS.
Sebelum bentrokan terakhir di distrik pemukiman kota Sadr, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak Mayor Jenderal Saad Maan mengatakan sudah ada 104 yang terbunuh, termasuk delapan orang anggota pasukan keamanan. Maan mengatakan gejolak tersebut juga telah melukai 6.107 orang termasuk 1.000 anggota kepolisian dan pasukan keamanan. Juru bicara itu mengatakan puluhan gedung juga dibakar. Namun, ia membantah pasukan keamanan melepaskan tembakan peluru tajam ke arah pengunjuk rasa.
"Pasukan keamanan melakukan segala yang dapat mereka lakukan untuk memberikan kemanan kepada pengunjuk rasa pasukan keamanan, kami mengungkapkan penyesalan yang mendalam atas pertumpahan darah," kata Maan, Senin (7/10).
Sumber polisi dan medis mengatakan sebanyak 26 orang tewas dalam bentrokan hari Sabtu dan Ahad. Polisi juga melepaskan tembakan peluru tajam dalam bentrokan di Nasiriya pada Sabtu lalu.
Menurut sumber dari pihak keamanan, rumah sakit, dan ruang jenazah, bentrokan itu melukai 24 orang termasuk tujuh polisi. Satu orang tewas dalam unjuk rasa di selatan kota Diwaniya.
Polisi mengatakan pengunjuk rasa juga membakar beberapa markas partai politik di Nasiriya, termasuk markas partai Dawa yang mendominasi perpolitikan Irak dari tahun 2003 sampai pemilihan umum 2018. Pada Ahad kemari, Baghdad yang dijaga pasukan bersenjata berat sempat mengalami ketenangan setelah dihantam kerusuhan selama beberapa hari terakhir. Tapi bentrokan kembali pecah pada malam hari. Unjuk rasa kecil di Diwaniya dan kota suci Najaf berhasil berhasil dibubarkan tanpa kekerasan.
Maan menolak berbicara tentang bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi. Ia mengatakan ada 'kelompok jahat' yang mengincar kedua belah pihak. Tapi Komisi Hak Asasi Manusia Irak mengkritik keras respons polisi terhadap pengunjuk rasa.