REPUBLIKA.CO.ID, Berbicara tentang cengkeh, imajinasi langsung tertuju pada Pulau Zanzibar dan Stone Town sebagai wilayah surga tropis yang di Afrikja timur. Wilayah tersebut menjadi terkenal di dunia sebagai penghasil cengkeh nomor satu saat berada di bawah kekuasaan Kesultanan Oman.
Pada September, Oktober dan November sebelum musim hujan datang adalah waktu yang tepat untuk memanen cengkeh di Zanzibar.
Setelah dipanen biasanya cengkeh dijemur di atas tikar oleh para petani di sana. Akan tetapi, produksi cengkeh di Zanzibar dan Pulau Pemba di sebelahnya telah jauh menurun.
Sejak revolusi 1964 yang menjatuhkan Sultan Zanzibar, Zanzibar State Trading Corporation tetap mempertahankan monopoli pembelian dan ekspor cengkeh.
Akibatnya petani hanya menerima keuntungan setengahnya dari yang bisa mereka dapatkan jika menjual cengkeh ke pihak swasta di daratan Afrika. Kondisi seperti itu membuat petani kehilangan keuntungan untuk modal meningkatkan produksi cengkeh. Zanzibar sekarang menjadi wilayah semi otonom dari Negara Tanzania di Afrika timur. Sementara Pulau Pemba menjadi bagian dari Kepulauan Zanzibar yang pernah menjadi wilayah nomor satu penghasil cengkeh.
Pada 2011, mereka jadi penghasil 8 persen cengkeh dari total produksi cengkeh di dunia. Posisinya tertinggal dari Indonesia dan Madagaskar.
Charles O Cecil seorang fotografer dan penulis peradaban Islam mengunjungi Kepulauan Zanzibar. Dalam tulisannya berjudul Zanzibar: Cloves and Stone yang diterbitkan Aramcoworld tahun 2011, dia bercerita ketika mengunjungi gudang milik pemerintah tempat petani seharusnya menjual cengkeh.
Di sana dia hanya menemukan dua tas cengkeh sebanyak sekitar 100 kilogram. Di gudang nampak tiga karyawan duduk di lantai sambil memetik ranting dan potongan daun dari cengkeh sebanyak sekitar 5 kilogram yang baru saja tiba.
"Zanzibar sekarang jelas jauh lebih fokus pada pengembangan pariwisata daripada cengkeh, namun sejarah pulau ini terkait erat dengan perdagangan cengkeh," kata Charles O Cecil, dilansir dari Aramcoworld, Selasa (10/9).
Saat cengkeh datang ke Zanzibar dari Madagaskar pada awal abad ke-19, cengkeh sudah menjadi rempah yang terkenal di Eropa, Afrika utara dan Asia selama beradab-abad.
Orang Cina menggunakan cengkeh sebagai deodoran dan penghilang bau mulut sejak 2.500 tahun yang lalu. Mereka memperoleh cengkeh dari Maluku di Indonesia tempat pohon cengkeh berasal.
Pada abad ke-5 Masehi, cengkeh dibawa ke wilayah Mediterania oleh para pedagang India dan Arab. Kemudian pada abad ke-13, pedagang Venesia yang mengandalkan barang dagangan dari Alexandria di Mesir menjadi pemasok utama cengkeh ke Eropa. Hingga akhirnya orang-orang Eropa terutama Portugis dan Belanda mulai mencari rute laut untuk mendapatkan cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menguntungkan.