Senin 07 Oct 2019 16:00 WIB

Pebasket NBA Kanter Mengaku Diancam di Luar Masjid

Kanter telah melaporkan kejadian tersebut kepada polisi dan FBI.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
 Pebasket penyerang tengah dari club OKC Thunder Enes Kanter saat melakukan meet and greet di Britama Arena, Jakarta, Kamis (18/5).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Pebasket penyerang tengah dari club OKC Thunder Enes Kanter saat melakukan meet and greet di Britama Arena, Jakarta, Kamis (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Pemain basket klub NBA Boston Celtics, Enes Kanter, mengaku dirinya diancam di luar Masjid Cambridge setelah melaksanakan shalat Jumat. Pemain tengah berkebangsaan Turki ini mengatakan kepada wartawan di tempat latihan pada Sabtu (5/10) lalu, bahwa ia telah menghubungi polisi dan FBI atas kejadian tersebut.

Kanter mengunggah video berdurasi tiga menit di jejaring sosial Twitter, yang memperlihatkan banyak orang berdiri di luar masjid. Dalam unggahannya tersebut, ia menuliskan "Pemerintah Turki bahkan tidak membiarkan saya mempraktikkan agama saya secara bebas di Amerika, apalagi kebebasan berbicara saya diserang." Kanter juga menandai polisi dan FBI dalam unggahannya tersebut.

Kanter mencoba mengingat insiden tersebut saat ia berada di tempat latihan pada Sabtu lalu. Ia menuturkan, bahwa dirinya berada di luar masjid dan hanya ada dua orang seperti yang terlihat di video tersebut. Mereka tampak hanya menunggunya. Saat Kanter keluar masjid, mereka tiba-tiba berteriak dan mengucapkan bahasa kecaman dalam bahasa Turki.

"Ini sangat gila karena ini adalah Amerika. Orang-orang harus aman untuk datang ke masjid dan hanya beribadah dengan damai," ujarnya, seperti dilansir di CBS Boston, Senin (7/10).

Rekan Kanter di Celtics, Tacko Fall, juga tampak dalam video tersebut. Kanter mengatakan, kedua orang tersebut hanya berdiri di sana hingga kendaraan Uber yang menjemput Kanter tiba.

Pasca kejadian ini, Kanter mengaku ia telah menerima curahan dukungan, termasuk dari walikota setempat. Di sisi lain, ia juga mencari keamanan yang lebih di kota itu.

"Ini bukan tentang Boston, ini tentang orang-orang Turki, jadi saya tidak akan pernah menyalahkan Boston atau orang-orang di Boston. Saya pasti akan menyalahkan rakyat Turki dan pemerintah Turki," kata Kanter.

Ia mengungkapkan, ini pertama kalinya ia mengalami kejadian seperti itu di AS. Seperti diketahui, Kanter memang pernah melontarkan kritikan terhadap presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Menurutnya, Erdogan memiliki cara memimpin yang tidak demokratis dan mirip diktator. Kanter juga dituduh aktif mendukung Fethullah Gulen.

Hal itu rupanya menjadi ancaman bagi Kanter. Pada 2017, paspornya dicabut. Ia juga menjadi target polisi Turki saat dalam perjalanan ke Indonesia. Kanter mengungkapkan bahwa dirinya merasa takut saat ini. Akan tetapi, ia tidak akan takut diam.

"Saya berbicara tentang demokrasi, kebebasan berbicara, agama dan berekspresi. Saya berbicara tentang keadilan. Jadi hanya karena saya berbicara tentang masalah ini saya akan mendapat ancaman? Saya akan mengatasinya," ujarnya.

Dukungan untuk Kanter datang dari walikota Cambridge, Marck McGovern. Sang walikota me-retweet video Kanter tersebut dan mengatakan bahwa ia sedih melihat perilaku seperti itu. Ia juga menambahkan, bahwa komisaris polisi mengetahui situasinya.

"Jika anda memerlukan sesuatu, kantor saya ada di sini untuk membantu," tulis McGovern dalam unggahannya.

Sementara itu, sampai Jumat malam kepolisian Cambridge mengatakan tidak ada laporan resmi yang diajukan untuk insiden tersebut. FBI mengatakan mereka mengetahui insiden itu tetapi tidak berkomentar lebih lanjut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement