REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ''Adapun hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati.'' (QS Alfurqan [25]: 63).
Semoga Allah SWT menjadikan kita pribadi yang bermakna. Pribadi yang saat berbaur mampu menyemangati dan di saat sendiri mampu tegar.
Itulah ciri mukmin sejati. Mengasah sifat empati terhadap lingkungan adalah suatu kemestian bagi pribadi Muslim karena sikap ini bagian dari keimanan.
Empati adalah sikap emosional untuk berusaha memahami dan mengerti setiap rangkaian keadaan dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita. Jadi, empati tidak sekadar rasa.
Sesungguhnya, empati baru berarti manakala berlanjut pada tatanan perbuatan. Karena, ini serasi dengan ajaran Islam bahwa kesalehan hati harus berlanjut pada kesalehan amal.
Misalnya, merasa empati ketika melihat orang di sekeliling kita sakit dan tidak berdaya; orang tua yang kesusahan untuk mencukupi biaya hidup anak-anaknya; melihat rumah tetangga kebakaran; dan musibah lainnya. Tidakkah hati dan nurani kita tersentuh pada hal ini?
Ternyata, jika kita mau membuka hati, ada banyak hal di sekitar kita yang membutuhkan kepedulian. Walau hanya dengan ucapan terima kasih, ucapan cinta kepada orang yang dicintai atau hanya sekadar doa.
Empati tidak harus berwujud materi dan bantuan dana. Memberi perhatian kepada orang lain, berusaha membuat orang lain tersenyum, tidak menyakiti, dan menyusahkan orang lain adalah wujud lain empati.
Begitulah Rasulullah SAW dan para sahabat menjadi qudwah (teladan) dalam kasih sayang dan menanamkan empati kepada sesama. Dalam sebuah hadis, diriwayatkan, ''Sesungguhnya, aku berdiri shalat dan aku ingin memperpanjang shalat. Lalu, aku mendengar tangisan bayi maka aku perpendek karena aku takut hal itu akan memberatkan ibunya.'' (HR Bukhari).
Walaupun semua orang memiliki hati, tidak semua orang mampu menyingkap setiap rangkaian peristiwa yang terjadi. Inilah arti penting empati bagi seorang Muslim.
Akhirnya, hanya ketajaman mata hati yang dibutuhkan untuk memahami hal-hal yang kasat mata seperti itu. Karena, dengan menanamkan rasa empati pada lingkungan, berarti telah berbuat baik kepada diri sendiri.
Dengan empati, kita tidak akan pernah kehilangan apa yang diberikan Allah SWT, bagai menanam satu biji tanaman kebaikan yang akan kita panen hasilnya. ''Orang-orang yang penyayang, maka mereka akan disayangi Allah. Barang siapa yang menyayangi yang di bumi, maka akan disayangi penghuni langit.'' (HR Abu Dawud dan at-Turmidzi). n