Selasa 08 Oct 2019 17:17 WIB

Mengenal La Galigo, Epos Mitologi Masyarakat Bugis

La Galigo belum dikenal secara luas oleh masyarakat umum, seperti epos Mahabarata.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Naskah La Galigo di Museum La Galigo kawasan benteng Fort Rotterdam, Makassar.
Foto: Republika/ Maman Sudiaman
Naskah La Galigo di Museum La Galigo kawasan benteng Fort Rotterdam, Makassar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — ILa Galigo atau Galigo adalah epos mitologi yang lahir dari peradaban masyarakat Bugis yang berbasis di Sulawesi Selatan. Epos tersebut sangat sakral bagi masyarakat Bugis karena bagian naskahnya bisa dijadikan mantra dalam upacara adat. 

La Galigo belum dikenal secara luas oleh masyarakat umum, seperti epos Mahabarata. Akan tetapi, naskah La Galigo jauh lebih panjang daripada naskah Mahabarata. Banyak yang meyakini, naskah La Galigo masih ada yang tercecer di ma syarakat. Sehingga, jika digabungkan dengan naskah yang telah ditemukan akan jauh lebih panjang lagi. 

Epos mitologi dari masyarakat Bugis ini diperkirakan mulai ditulis antara abad ke-13 dan ke-15 menggunakan aksara Lontara dalam bentuk puisi berbahasa Bugis kuno. Masyarakat Bugis percaya, La Galigo sebenarnya sudah menjadi tradisi lisan saat dituliskan. 

Seiring berkembang dan meluasnya ajaran Islam ke berbagai pelosok dunia, termasuk ke wilayah Bugis, karya sastra La Galigo secara perlahan mulai dipenga ruhi ajaran-ajaran Islam. Para ulama, in telektual, dan penyair Muslim meman faa t kan La Galigo menjadi sarana dakwah. 

Penulis Buku Islamisasi Bugis Andi Muhammad Akhmar menjelaskan, La Galigo adalah mitologi masyarakat Bugis sebelum mereka memeluk Islam. Mito lo gi itu diawali dengan menceritakan pen ciptaan manusia pertama yang ditu run kan ke muka Bumi. La Galigo memiliki cerita pokok dan cabang-cabang cerita, seperti sebuah pohon besar yang memiliki banyak cabang dan ranting. 

"Ada cerita La Galigo versi Bottinna I La Dewata Sibawa I We Attaweq, versi ini memiliki tokoh-tokoh baru yang di munculkan, yakni tokoh-tokoh dalam ajaran Islam," kata Akhmar dalam bedah buku Islamisasi Bugis Kajian Sastra Atas La Galigo versi Bottinna I La Dewata Sibawa I We Attaweq di Perpustakaan Nasional, Jakarta, belum lama ini.

Ia menceritakan, naskah La Galigo versi Bottinna I La Dewata Sibawa I We Attaweq mengandung ajaran-ajaran Islam. Naskah ini diperkirakan berasal dari abad ke-19, tapi besar kemungkinan sudah ada naskah-naskah La Galigo sebe lum itu yang sudah ditulis dan mengan dung ajaran Islam karena naskah La Galigo disalin dari masa ke masa. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement