Selasa 08 Oct 2019 19:00 WIB

Islam Masuk ke Masyarakat Bugis dengan Pendekatan Budaya

Islam tidak disebarkan dengan jalan perang di Bugis.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Museum La Galigo kawasan benteng Fort Rotterdam, Makassar.
Foto: Republika/ Maman Sudiaman
Museum La Galigo kawasan benteng Fort Rotterdam, Makassar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penulis buku Islamisasi Bugis, Andi Muhammad Akhmar, La Galigo adalah tradisi lisan. Maka, masyarakat akan mendengarkan doa, ayat-ayat Alquran dan Asmaul Husna saat La Galigo yang sudah disisipi ajaran Islam dibacakan. "Karena, I La Galigo merupakan tradisi lisan yang dibacakan kepada publik sehingga orang-orang akan mendengar Asmaul Husna atau namanama Allah itu," ujarnya. 

Melalui metode seperti itulah para penyair dan intelektual Muslim menyebarkan ajaranajaran Islam kepada masyarakat Bugis. Akhmar meyakini, Islam tidak disebarkan dengan jalan perang di Bugis, tapi disebarkan dengan pendekatan budaya. Sebab, dia meyakini jalan perang tidak akan berhasil mengislamkan Bugis. 

Baca Juga

Ia menjelaskan, banyak yang mengatakan Islamisasi Bugis secara formal dimulai pada abad ke-17, yakni saat kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan menjadikan Islam sebagai agama resmi. Namun, jauh sebelum itu diperkirakan masyarakat Bugis sudah ada yang memeluk Islam. Karena, jauh sebelum abad ke- 17, sudah ada interaksi dengan pedagang Muslim dan terjadi proses Islamisasi di Bugis. Muncul dugaan, La Galigo disisipi ajaranajaran Islam sejak sebelum atau setelah abad ke-15. Karena, pada masa itu masyarakat Bugis telah berinteraksi dengan Islam. 

Namun, Akhmar mengakui, sulit melacak kapan tepatnya La Galigo pertama kali dituliskan dan disisipi ajaran Islam. Sebab, banyak naskah yang telah rusak dimakan usia, hilang, dan diba wa ke Eropa. Juga banyak naskah yang tercecer di masyarakat. Hampir semua naskah-naskah itu tidak mencantumkan tahun penulisannya. 

Budayawan dan Penggerak Literasi, Nirwan Ahmad Arsuka, juga menyampaikan, Islam menjadi agama resmi di Sulawesi Selatan sekitar abad ke-16 atau ke-17. Namun, jauh sebelum itu masyarakat Bugis yang ada di pesisir sebenarnya sudah berinteraksi dengan pedagang-pedagang Arab. Jadi, jauh sebelum Islam menjadi agama resmi, masyarakat Bugis sudah ada yang memeluk Islam. 

"Jauh sebelum abad ke-17 sudah ada masyarakat yang memeluk Islam, mungkin mereka menjadi minoritas, tapi sudah memeluk ajaran Islam, dugaan saya Islam sudah berinteraksi, tapi tidak langsung ada program yang terencana un tuk mengislamkan La Galigo, tapi terjadi pertemuan-pertemuan dan terjadi interaksi.'' n

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement