REPUBLIKA.CO.ID, SUCRE -- Pada 9 Oktober 1967, sosok revolusuoner Marxis, Ernesto 'Che' Guevara dilaporkan dibunuh dalam pertempuran antara pasukan tentara dan gerilyawan di hutan Bolivia. Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh komandan Divisi Tentara Bolivia Kedelapan, Kolonel Joaquin Zenteno Anaya mengatakan pemimpin gerilya yang berusia 39 tahun itu ditembak mati di dekat desa hutan Higueras, tenggara negara Bolivia.
Dilansir BBC History, Guevara merupakan mantan tangan kanan perdana menteri Kuba Fidel Castro. Dia menghilang dari panggung politik pada April 1965 dan keberadaannya banyak diperdebatkan sejak itu.
Kematiannya telah dilaporkan beberapa kali selama dua setengah tahun seperti di Kongo dan di Republik Dominika. Namun, laporan itu tidak pernah terbukti.
Dalam pernyataannya, Kolonel Anaya mengatakan Guevara adalah satu dari enam gerilyawan yang terbunuh dalam pertempuran kala itu. Ia juga mengatakan bahwa lima tentara Bolivia terbunuh dalam bentrokan tersebut.
Jenazah Guevara diterbangkan dengan helikopter ke La Paz pada hari di mana ia dilaporkan terbunuh. Tangannya harus diamputasi untuk tujuan identifikasi.
Che Guevara yang lahir di Argentina adalah pemimpin gerilya berpengalaman. Dia adalah anggota Gerakan 26 Juli Fidel Castro yang merebut kekuasaan di Kuba pada 1959.
Dia naik dengan cepat melalui jajaran politik, menjadi kepala Bank Nasional dan akhirnya Menteri Industri. Banyak pihak yang melihatnya sebagai kekuatan intelektual di belakang pemerintah Castro.
Meski demikian, ada rumor perbedaan Che dengan Castro. Perbedaan itu meliputi sebagian besar pada kebijakan perang gerilya, dan keinginan untuk memajukan cita-cita revolusionernya di bagian lain Amerika Latin.
Oleh karenanya, ia mengundurkan diri pada April 1965 dan menghilang. Beberapa orang mengatakan dia dipecat walaupun tidak pernah ada bukti tentang ini.
Che dikabarkan masih mempertahankan hubungan dengan Organisasi Solidaritas Amerika Latin (OLAS), sebuah kelompok yang didedikasikan untuk menyatukan, mengoordinasi, dan meningkatkan perjuangan melawan imperialisme Amerika Serikat di Amerika Latin. Kematiannya terjadi kurang dari dua bulan setelah konferensi OLAS di Havana yang menyoroti perlunya tindakan gerilya bersenjata lebih lanjut di Amerika Selatan.