Kamis 10 Oct 2019 00:10 WIB

"Kami Merasa Ditipu": Pemukim Baru di Melbourne Kecewa Dengan Infrastruktur

Mereka akan lebih bahagia jika bisa habiskan waktu lebih sedikit pergi-pulang kerja.

Rep: Elias Clure, Ben Knight And Yara Murray-Atfield/ Red:
.
.

Dalam survei nasional yang baru dilakukan ABC, kawasan permukiman Tarneit di Melbourne Barat diketahui sebagai daerah yang penduduknya secara umum merasa tidak bahagia. Ternyata hal ini ada hubunganya dengan pembangunan infrastruktur yang tidak bisa mengejar pertambahan penduduk di kawasan tersebut.

Salah satu warga di sana, keluarga Bahadur, mengaku pindah ke Tarniet yang sedang berkembang pesat, dengan harapan akan menjadi kawasan pemukiman yang menyenangkan. Namun yang meraka alami sehari-hari seperti mimpi buruk.

"Kami merasa seperti ditipu," kata Binod Bahadur. "Kami membeli tanah di sini karena dijanjikan bahwa akan ada stasiun kereta api, dan pemberhentian bis 300 meter dari pemukiman."

"Namun itu semua seperti janji kosong." Rumah mereka di Tarneit, sekitar 30 km dari pusat kota Melbourne, salah satu kawasan permukiman yang paling cepat perkembangannya.

Di kawasan pemukiman tersebut, satu dari lima warga bekerja di kota, dan setiap hari rata-rata diperlukan waktu dua jam sekali jalan dengan kereta atau bus ke tempat kerja.

Stasiun kereta Tarneit baru dibuka empat tahun lalu, dan sekarang menjadi stasiun kereta regional (V/Line) kedua tersibuk di negara bagian Victoria. Tempat parkir mobil di sana sudah penuh sejak jam 7 pagi.

Di Victoria ada dua jalur kereta yang tersedia, dimana jalur dalam kota dikelola oleh Metro, sedangkan stasiun antarkota dinamai V/lines. Tarneit masuk ke jalur V/Lines dimana perjalanan kereta lebih terbatas setiap hari.

Karena kepadatan tempat parkir, kota praja setempat Wyndham City Council setiap tahun mendapat penghasilan puluhan ribu dolar dari pengenaan denda komuter yang sembarangan memarkir mobil.

 

Karena penuhnya tempat parkir, setiap sore, para komuter yang pulang kerja harus cepat-cepat lari dari kereta guna menghindari kemacetan untuk keluar dari tempat parkir mobil.

Sekitar 400 tempat parkir baru sudah dijanjikan akan dibangun, namun warga Tarneit Arnav Sati mengatakan itu tidak akan menyelesaikan masalah. Pergi ke kantor menggunakan mobil sendiri juga bermasalah.

Jalan-jalan di kawasan Melbourne Barat ini terus diperlebar, namun kemungkinan tidak akan bisa mengurangi kemacetan. Jumlah penduduk di kawasan tersebut akan meningkat dua kali lipat di tahun 2036.

 

Dalam survei besar-besaran ABC bernama Australia Talks National Survey ditemukan bahwa warga di daerah pemilihan Lalor yang juga meliputi Tarneit merupakan salah satu kawasan dimana warganya paling tidak bahagia di Australia.

Keluhan paling utama mereka adalah bahwa mereka akan lebih bahagia kalau bisa menghabiskan waktu lebih sedikit pergi dan pulang kerja.

Arnav Sati menjadi calon independen dalam pemilihan umum negara bagian Victoria tahun 2018. Dia mengatakan keadaan akan semakin memburuk bila tidak ada perubahan yang terjadi.

"Bila kita tidak mengejar pembangunan infrastruktur kita akan melihat adanya pemukiman buruk, terlepas kita suka atau tidak," katanya.

Terjebak dalam rumah sendiri

Keluarga Bahadur merasa mereka terjebak di dalam rumah sendiri. "Sekarang saja sudah seperti mimpi buruk," kata Ny Bahadur.

"Namun akan menjadi lebih buruk lagi bila semakin banyak orang pindah ke sini, karena menjadi tidak mengenakkan bagi orang untuk tinggal di sini, anak-anak tidak bisa ke sekolah atau uni ke kota atau tempat lain," katanya lagi.

Harga lahan di Tarneit sekarang jatuh, dan lebih murah dari harga yang dibeli keluarga Bahadur beberapa tahun lalu. Pembangunan stasiun baru di West Tarneit, tidak jauh dari rumah Bahadur akan mulai dibangun dua tahun lagi, dan selesai di tahun 2027.

"Mereka baru menyadari bahwa tidak ada stasiun kereta di sini. Tidak akan ada stasiun kereta dalam waktu dekat. Ini yang membuat harga properti di sini turun." kata Bahadur.

"Tidak ada yang membuat mereka tertarik membeli di sini lagi."

Menunggu bus yang tidak pernah datang

 

Sudah ada tempat-tempat yang ditandai untuk menjadi rute perjalanan bus di kawasan Tarneit, namun tidak ada yang mengetahui kapan bus-bus itu akan melayani warga.

Imran Arshad mengetahui adanya tempat pemberhentian bus yang disebutnya 'pemberhentian hantu' dekat rumahnya.

Janji adanya bus di kawasan pemukiman tersebut membuatnya membeli di sana, namun sekarang dia harus berjalan kali selama 30 menit ke permbentian terdekat, bagian dari 2 jam perjalanan setiap hari ke pusat kota Melbourne.

"Saya kira beginilah cara pengembang berbisnis," katanya. "Mereka tidak bisa memberikan kepastian waktu, namun mereka menjanjikan harapan."

 

Pakar demografi James O'Donnell, dari Australian National University mengatakan penanganan pembangunan yang sangat cepat berlangsung di berbagai kota di Australia tidaklah merata.

Dia mengatakan meski banyak adanya hubungan kuat antara pemerintah dan pengembang, namun di tempat lain pembangunan infrastruktur untuk mendukung pemukiman kadang baru terwujud lama.

O'Donnell juga mengatakan bahwa komposisi warga di berbagai kawasan pemukiman yang baru berkembang itu juga berubah cepat.

Di Tarneit, 19 persen penduduk di sana adalah keturunan India.

 

Departemen Transportasi Victoria mengatakan sedang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan transportasi publik yang mendesak, dengan "merencanakan rute bus baru dan yang lama, perjalanan kereta yang lebih sering, dan jaringan kereta baru untuk menghubungkan mereka yang tinggal di kawasan Melbourne barat."

"Warga Tarnet mendapat akses ke 627 jasa layanan V/Line dari dan ke Melbourne setiap minggu untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat," kata juru bicara Departemen Transportasi.

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement