Rabu 09 Oct 2019 12:50 WIB

Belajar dari Tragedi Wamena, Ini Pesan Wagub Sumbar

Wagub Sumbar berpesan carilah daerah yang aman dan potensi ekonominya baik.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit saat diwawancarai wartawan di Hotel Balairung, Jakarta Timur, Selasa (1/10).
Foto: Republika/Mimi Kartika
Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit saat diwawancarai wartawan di Hotel Balairung, Jakarta Timur, Selasa (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit memberikan pesan kepada calon perantau dari Minangkabau pascatragedi kemanusiaan di Wamena yang menewaskan 9 orang warga perantau asal Sumbar. Nasrul menyarankan calon perantau dari Sumbar supaya memilah daerah rantau yang memiliki potensi ekonomi yang baik dan kondisi keamanan yang terjamin.

"Kalau merantau, carilah daerah yang aman dan potensi ekonominya baik," kata Nasrul di Auditorium Gubernuran Sumbar di Padang, Rabu (9/10).

Baca Juga

Mantan Bupati Pesisir Selatan itu menyebut perantau asal Sumbar selama ini punya karakter mudah membaur, mensosialisasikan diri dan bergaul dengan warga asli di ranah perantauan. Tragedi di Wamena dua pekan lalu menurut Wagub bukanlah kesalahan dari perantau Minang. Namun karena adanya oknum yang tidak bertanggung jawab membuat kerusuhan dengan maksud tertentu.

Sebelum pergi merantau ke daerah lain kata Nasrul sebaiknya warga Sumbar tidak hanya memikirkan potensi ekonomi yang akan mereka garap. Tapi juga memikirkan matang-matang keselamatan diri dan keluarga yang akan diboyong merantau. "Keselamatan, itu yang lebih penting," ujar Nasrul.

Sebelumnya Ketua Ikatan Keluarga Minang (IKM) I Jayawijaya Zulkifli yang ikut gelombang eksodus keluar dari Wamena dan kembali ke kampung halaman sekarang ikhlas dengan apa dirinya dan keluarga dan perantau Minang alami di Wamena. Ia mengambil hikmah dengan tragedi Wamena ini, jalinan ukhuwah masyarakat Minang semakin erat.

Ia jadi teringat dengan pepatah adat Minangkabau, barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang atau berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Yang maknanya segala sesuatu akan mudah dihadapi bersama-sama. Menurut Zul, kebersamaan itu yang ia rasakan sekarang. Ia merasa semua masyarakat Minang peduli dengan perantau di Wamena.

Seperti diketahui dengan kejadian naas menimpa perantau Minang di Wamena membuat semua warga Sumbar baik yang di kampung halaman maupun yang di rantau kompak memberikan dukungan moril dan materil. Bantuan itu untuk membantu dan memulangkan perantau Wamena ke kampung halaman.

"Biarlah kami merasakan musibah kehilangan harta benda. Tapi Allah membuat tali silatirrahmi warga Minang kembali erat. Persaudaraan ini sangat berharga," kata Zul menambahkan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement