Rabu 09 Oct 2019 14:06 WIB

Soal Pemakzulan, Trump Cegah Dubes AS untuk UE Bersaksi

Sondland telah melakukan perjalanan dari Brussels untuk mempersiapkan kesaksiannya.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS Donald Trump (kiri) bersama Duta Besar AS untuk Uni Eropa Gordon Sondland saat berada di Melsbroek Air Base di Brussels, Belgia, 10 Juli 2018. Trump menghalangi Sondland memberi kesaksian terkait pemakzulan Trump.
Foto: AP Photo/Pablo Martinez Monsivais
Presiden AS Donald Trump (kiri) bersama Duta Besar AS untuk Uni Eropa Gordon Sondland saat berada di Melsbroek Air Base di Brussels, Belgia, 10 Juli 2018. Trump menghalangi Sondland memberi kesaksian terkait pemakzulan Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya menghalangi Duta Besar AS untuk Uni Eropa (UE) Gordon Sondland bersaksi dalam perkara pelengseran dirinya di Kongres AS. Trump menyebut pengadilan pemakzulan dirinya sebagai 'pengadilan kanguru' atau pengadilan tak resmi tanpa bukti.

Sondland dijadwalkan bersaksi secara sukarela tentang komunikasinya dengan para pejabat Ukraina, diplomat AS, presiden dan pengacara presiden tentang panggilan telepon Trump pada 25 Juli dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelinskiy. Pengacara Sondland, Robert Luskin mengatakan kliennya ingin menjawab pertanyaan dari komite House, namun telah diinstruksikan oleh departemen luar negeri AS untuk tidak hadir.

Baca Juga

Kemudian pagi harinya, Trump menjelaskan dialah yang memerintahkan Sondland untuk tidak datang. "Saya ingin mengirim Duta Besar Sondland, seorang pria yang benar-benar baik dan Amerika untuk bersaksi, tetapi sayangnya dia akan bersaksi di hadapan 'pengadilan kanguru' yang sepenuhnya dikompromikan di mana hak-hak Republik telah diambil dan fakta-fakta sebenarnya tidak diperbolehkan keluar untuk dilihat publik," cicit presiden di Twitter dilansir Guardian, Rabu (9/10).

Partai Demokrat yang memimpin penyelidikan pelengseran Trump mengatakan, pengacara Sondland dipanggil oleh pejabat departemen luar negeri AS. Dia meninggalkan pesan suara yang memerintahkannya tidak menghadiri persidangan.

Penggilan tengah malam muncul setelah Sondland menyerahkan pesan Whatsapp dari perangkat ponsel pribadinya ke departemen negara. Dalam pesannya, dia menolak memberikannya kepada komite House of Representative yang mengadakan sidang pemakzulan.

"Kesaksian dan dokumen Duta Besar Sondland sangat penting, dan itulah sebabnya pemerintah sekarang menghalangi kesaksian dan menahan dokumennya. Kami menganggap gangguan ini sebagai penghalang penyelidikan pemakzulan," tulis pernyataan bersama dari ketua dewan intelijen, dewan pengawasan dan urusan luar negeri, Rabu.

Kongres mengeluarkan surat panggilan pengadilan kepada Sondland untuk memaksanya memberikan kesaksian di deposisi pada 16 Oktober dan menghasilkan dokumen pada 14 Oktober, Selasa. Partai Republik mendorong hak yang sama sebagai partai minoritas untuk mengeluarkan panggilan dari pengadilan. Gedung Putih mengatakan tidak akan menanggapi panggilan pengadilan sampai hak-hak tersebut diberikan.

"Duta Besar Sondland sangat kecewa dia tidak dapat bersaksi hari ini," ujar pengacaranya Luskin.

Padahal, Sondland telah melakukan perjalanan ke Washington dari Brussels untuk mempersiapkan kesaksiannya. Ketua Demokrat dari komite intelijen House Adam Schiff mengatakan, Sondland adalah saksi kunci. Dia pun menganggap tindakan menyembunyikan informasi sebagai tindakan penghalang.

"Rakyat AS memiliki hak mengetahui apakah presiden bertindak untuk kepentingan mereka, kepentingan bangsa, dan bukan untuk kepentingan pribadi dan politiknya yang sempit. Memang, rakyat AS perlu tahu," kata Schiff kepada wartawan setelah cicit mengejutkan Trump.

Pengacara Sondland mengatakan, duta besar sangat yakin tindakannya benar untuk kepentingan terbaik AS. Kliennya pun siap menjawab pertanyaan komite dengan jujur dan transparan.

"Duta besar Sondland berharap masalah ini akan diselesaikan. Dia siap bersaksi dalam waktu singkat, kapan pun dia diizinkan muncul," kata Luskin.

Dalam cicitannya, Trump merujuk ke sebuah pesan teks yang telah dikirim Sondland kepada duta besar AS yang bertindak di Ukraina. Di situ Sondland mengatakan: "Saya yakin Anda salah tentang niat Presiden Trump. Presiden sangat jelas: tidak ada quid pro quo dalam bentuk apa pun," kata Sondland dalam pesan teksnya.

Namun, teks pesan Sondland sebelumnya dengan pejabat AS yang dirilis oleh komite House, memperjelas Zelenskiy tidak akan mendapatkan kunjungan Gedung Putih yang diidam-idamkan kecuali dia meluncurkan penyelidikan yang dituntut Trump. Ukraina memang tidak berada di UE, namun Sondland diperintahkan bekerja bersama utusan khusus Ukraina Kurt Volker. Keduanya juga berkonsultasi dengan Rudy Giuliani, pengacara pribadi Trump yang sedang menangani masalah Ukraina.

Volker mengundurkan diri dari jabatannya sebelum memberikan kesaksian kepada komite House pekan lalu. Gedung Putih tampaknya sudah tahu kesaksian Sondland mungkin lebih merusak daripada menghadapi murka House karena ketidakhadirannya.

Sondland merupakan seorang pengusaha perhotelan Oregon. Dia diangkat sebagai duta besar untuk UE tahun lalu setelah menyumbangkan satu juta dolar AS untuk dana pelantikan Trump.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement