REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengusulkan adanya tol laut yang langsung terhubung dari pelabuhan lokal ke luar negeri. Tol laut luar negeri itu dianggap mampu membantu kinerja ekspor ikan Indonesia yang diklaim produksinya semakin bertumbuh.
Apalagi, Susi menjabarkan, saat ini akses distribusi langsung untuk ekspor ke negara tujuan masih rendah. Dia menyebut bahwa selama ini fasilitas pendukung logistik dan distribusi belum maksimal.
“Jangan sampai kayak kemarin, itu gurita kita dari Natuna 1 kontainer ekspornya malah lewat Jakarta. Akhirnya nambah biaya, karena harus transit-transit,” kata Susi, di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Rabu (9/10).
Adapun pemerintah telah berkomitmen membangun tol laut khususnya di wilayah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP). Berdasarkan catatan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada 2019 pemerintah telah menyediakan 158 kapal yang terdiri dari 113 unit kapal perintis, 4 unit kapal tol laut utama untuk logistik, 15 unit kapal kontainer feeder, 6 unit kapal ternak, dan 20 unit kapal rede.
Dari 113 unit kapal perintis yang ada, sebanyak 46 trayeknya diberikan kepada PT Pelni dan 67 trayek untuk swasta. Dari seluruh armada yang ada di tol laut, sebanyak 80 persennya masih beroperasi di wilayah Indonesia Timur.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Agus Purnomo mengakui, saat ini belum ada distribusi tol laut yang langsung menuju ke luar negeri. Alasannya, subsidi untuk tol laut hanya diterapkan kepada daerah Terpencil, Tertinggal, Terluar, dan Perbatasan (T3P).
"Memang (tol laut) kita belum mengarah ke luar negeri,” kata Agus.