REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG -- Hari kedua The 1st Internasional Conference on Religion and Education (INCRE) menyelenggarakan dua kegiatan besar yakni sesi pleno ke-2 dan sesi paralel. Narasumber sesi pleno dari Malaysia, Brunei dan Tunisia bersama peserta INCRE sepakat mengembangkan Islam rahmatan lil alamin, damai dan toleran.
INCRE yang digelar Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) pada sesi pleno ke-2 menghadirkan Prof Nurhaslinda Kamarudin dari International Islamic University Malaysia (IIUM). Dia bicara tentang Big Data dan memberikan wacana kepada peserta tentang kesiapan menghadapi Big Data.
Narasumber berikutnya Haji Nurfan bin Haji Zaenal dari Sultan Sharif Ali Islamic University di Brunei. Dia membicarakan tentang pendidikan di Brunei, terutama tentang perkembangan pendidikan agama. Kemudian ada narasumber yang berhalangan hadir karena ada persoalan teknis. Yakni Prof Mounir Rouiss dari Universitas Zaitunah di Tunisia.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan pada Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Prof Amsal Bakhtiar menyampaikan, meski Prof Mounir berhalangan hadir tapi tetap disampaikan materi yang akan dipaparkannya ke peserta INCRE. Dia menyampaikan bahwa moderasi dan toleransi beragama di Tunisia sudah berkembang sejak lama.
Profesor dari Universitas Zaitunah itu menyampaikan bahwa kebebasan berpikir di universitas didukung pimpinan perguruan tinggi. Sehingga mahasiswa diberi kebebasan untuk berpikir, selain itu mereka juga berkomitmen mengembangkan Islam yang damai dan toleran.
"Ini satu hal yang menarik di Tunisia bahwa mereka memiliki komitmen yang sama dengan Indonesia yaitu mengembangkan Islam yang damai, Islam rahmatan lil alamin dan Islam toleran, tiga pembicara di sesi pleno ke-2 itu intinya ke sana," kata Prof Amsal kepada Republika saat INCRE berlangsung di Hotel Santika Bintaro, Rabu (9/10).
Setelah kegiatan sesi pleno ke-2 dilanjutkan sesi paralel yang memiliki empat venue. Di antaranya venue pemikiran pendidikan, praktik pendidikan, agama dan perubahan sosial, dan buku literatur pendidikan keagamaan. Prof Amsal menjelaskan bahwa sebanyak 20 paper akan dipresentasikan di setiap venue.
Ia menjelaskan, setiap paper yang dipresentasikan di sesi paralel akan disempurnakan setelah para peserta memberikan masukan terhadap masing-masing paper. Kemudian penulis paper memperbaiki tulisannya berdasarkan masukan peserta INCRE. Selanjutnya paper yang telah diperbaiki diserahkan ke panitia INCRE untuk diterbitkan.
"Diterbitkan berupa prosiding supaya dipublikasikan dan dibaca oleh masyarakat umum, prosiding bisa dua tahap, tahap pertama 80 paper di INCRE diterbitkan oleh publiser, tahap kedua sebagian paper mudah-mudahan terindeks global," ujarnya.