Rabu 09 Oct 2019 21:14 WIB

Anak Kabur dari Rumah di Tasik, Diduga Gabung Kelompok Anjal

Menurut keluarganya, anak berusia 12 tahun itu bergaul dengan anak-anak jalanan.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Karta Raharja Ucu
Keluarga korban menunjukkan foto anaknya yang kabur dari rumah, Rabu  (9/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Keluarga korban menunjukkan foto anaknya yang kabur dari rumah, Rabu (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Seorang anak laki-laki berinisial AS (12 tahun) dilaporkan hilang oleh keluarganya di Kabupaten Tasikmalaya. Diduga AS bergabung dengan kelompok anak jalanan.

Kakak AS, Arif Nugroho (24 tahun) mengatakan adiknya menghilang sejak Sabtu (5/10). Menurut dia, adiknya meninggalkan sepucuk surat yang berisi kabar pergi dan tidak perlu dicari.

"Sehabis itu sudah hilang kontak," kata dia di kantor Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (9/10).

Ia menjelaskan, adiknya itu tinggal di Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya, bersama tantenya sejak usia sekitar 5 tahun. Sementara kedua orang tuanya tinggal di Jakarta untuk berusaha. Arif pun ikut tinggal bersama orang tua di Jakarta.

Dalam beberapa bulan terakhir, lanjut dia, adiknya itu suka pulang larut malam. Meski diceramahi oleh tentenya, perilaku adiknya tak berubah. Justru, dalam dua bulan terakhir adiknya itu sempat main ke Pangandaran hingga tak pulang dua hari.

Ia menduga, hilangnya adiknya itu karena ikut arus pergaulan anak-anak jalanan. Pasalnya, teman-teman sebayanya di rumah dan sekolah tak ada yang tahu keberadaan anak itu.

"Kayaknya ikut teman-teman yang dewasa yang bukan sepantaran," kata dia.

Arif mengatakan, pihak keluarga baru melapor kejadian itu ke KPAID. Rencananya, besok pihaknya akan melapor ke kepolisian.

Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengatakan, kasus anak hilang dengan modus seperti itu bukan kali pertama terjadi di wilayahnya.  Menurut dia, kepergian anak masih terkait dengan komunitas anak-anak jalanan.

Ia menilai, hampir pasti penyebab kepergian anak dari rumah adalah salahnya pola asuh orang tua dalam mendidik anak. Apalagi, anak tidak tinggal dengan orang tua kandungnya, melainkan dengan saudaranya. Artinya, orang tua tidak anak tak mengetahui tumbuh kembang anak mereka.

"Ketika anak menemukan kenyamanan lain, ia akan mengejar itu," kata dia.

Berdasarkan catatatan KPAID Kabupaten Tasikmalaya, sejak 2017 terdapat sudah ada 37 laporan anak hilang. Lebih dari 90 persen kabur dari rumah dan bergabung dengan komunitas anak jalanan.

Dalam kasus ini, lanjut Ato, anak yang hilang masih duduk di sekolah dasar. Hal itu baru terjadi kali ini. "Biasanya di atas 14 tahun atau sudah SMP," kata dia.

Sementara, ia menyimpulkan, pergerakan komunitas anak jalanan saat ini sudah merambah ke anak-anak SD. Hal itu, kata dia, yang harus diwaspadai.

Menurut dia, komunitas anak jalanan memiliki jaringan yang tak mudah dipetakan. Pasalnya, kelompok itu tak terorganisir tapi sangat kompak antarsatu sama lain.

"Mereka memiliki rasa kekerabatan yang kuat. Sehingga ketika anak diperlakukan tidak adil oleh keluarga, di sana dia dapat menemukan kenyamanan," kata dia.

Ato mengatakan, ketika anak-anak masuk ke komunitas itu, yang dikhawatiwkan adalah mereka melakukan perilaku negatif yang distigma ke anak jalanan, seperti mimum-minuman keras hingga seks bebas. "Bahayanya kalau itu sudah menjadi kebutuhan. Anak juga menjadi ketagihan," kata dia. Ato mengatakan, KPAID akan segera membuat laporan ke Polres Tasikmalaya Kota untuk mencari anak yang hilang tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement