REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag, Abdurrahman Mas'ud, mengatakan sangat penting buku moderasi beragama untuk dibaca publik dan para pengambil kebijakan dalam rangka memperkuat jati diri masyarakat, bangsa Indonesia.
"Terutama dalam memahami fenomena radikalisme, karena radikalisme bukan representasi mayoritas umat beragama di Indonesia yang ramah, santun dan toleran," ujar dia kepada Republika.co.id, Rabu (9/10).
Selain itu buku ini juga bagian dari salah cara pencegahan radikalisme, dalam hal pembinaan umat yang efektif melalui pendidikan dan kebangsaan dan keagamaan. "Buku ini memuat berbagai hal terkait moderasi agama, terutama tentang kajian konseptual, pengalaman empirik, dan strategi penguatan dan implementasi moderasi bergama," jelas dia.
Tak hanya buku ini, kata dia, dalam mengimpelentasikan sikap moderasi beragama Kemenag juga telah melakukan banyak hal di antaranya tafsir tematik moderasi beragama, menerbitkan berbagai buku mengenai makna jihad sesuai penjelasan MUI dan diklat kerukunan serta mdoerasi beragama ke penyuluh dan tenaga pendidikan.
Abdurrahman berharap dengan upaya Kemenag ini dapat meningkatkan pemahaman dan kualitas bergama diantara ASN (aparatur sipil negara) dan masyarakat umum. Selain itu dengan menumbuhkan sikap moderasi beragama ini diharapkan akan lebih menghargai dan mencintai apa yang Indonesia miliki selama ini, smiling Indonesian, indonesia yang ramah santun dan menghargai perbedaan dan kedamaian.
Sebelumnya, Selasa (8/10) Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin merilis Buku Moderasi Beragama di Auditorium HM Rasjidi, Kementerian Agama. Usai merilis, Menag lalu menyerahkan buku tersebut kepada perwakilan institusi/lembaga, perwakilan tokoh, serta Sekjen Kemenag M Nur Kholis Setiawan.n Ratna Ajeng Tejomukti