REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Presiden Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) Michel Platini dilaporkan bakal kembali beraktivitas di dunia sepak bola. Itu setelah ia menjalani hukuman dari Komite Etik FIFA usai bersalah menerima uang 2 juta dollar AS dari eks Presiden FIFA Sepp Blatter dalam kasus pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Berasal dari keluarga imigran Italia yang bermukim di Prancis, Platini merengkuh berbagai pencapaian individu seperti tiga gelar Ballon d’Or beruntun, pemain terbaik dunia, sampai pemain terbaik Prancis abad ke-20, hingga banyak pecinta sepak bola Prancis menjulukinya sebagai 'Le Roi', Sang Raja.
Namun, pada era saat ini orang menilai Platini sebagai mantan pesepak bola yang gemar melakukan aneka suap, semua pencapaiannya di level internasional (timnas Prancis) dan domestik (klub-klub Eropa) seakan sirna.
Platini mundur sebagai Presiden UEFA pada Desember 2015 silam karena pelanggaran kode etik. Dia dijatuhi hukuman larangan berkecimpung di dunia si kulit bundar selama 6 tahun. Namun, hukumannya dikurangi menjadi empat tahun setelah banding di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) dan secara efektif berakhir pada Maret lalu.
Meski akan kembali di dunia lapangan hijau, Platini masih tidak yakin di mana dan kapan ia akan memulai awal baru di dunia yang pernah membesarkan namanya sebagai pemain.
"Saya punya beberapa ide tetapi sulit untuk berbicara hari ini. Mereka akan melakukan apapun agar saya tidak kembali," kata Paltini kepada The Associated Press (AP) dalam wawancaranya terkait langkah ke depan, Rabu (9/10).
Bila nantinya Platini resmi melanjutkan karier di dunia sepak bola, ia harus lebih dahulu membayar denda. Sebab, ia masih belum membayar denda sebesar 60 ribu dolar atau sekitar Rp 854 juta.
Terlebih, pria berusia 64 tahun itu kini menargetkan untuk menjabat sebagai orang nomor satu di FIFA pada 2021 mendatang. Dalam pernyataannya di markas besar Federasi Sepak Bola Prancis, Noel Le Graet, Paris, Platini tetap tidak ingin tergesa-gesa untuk mengambil langkah dan memilih untuk menyelesaikan masalah hukumnya.
"Saya punya waktu jika saya ingin kembali. Fokus utamanya saat ini adalah pada masalah hukum terhadap tuduhan yang mengarah kepada saya," sambung eks bintang Juventus.
Perasaan ketidakadilan yang sedang berlangsung dan denda yang belum dibayar oleh Platini dapat menyebabkan Komite Etika FIFA menghalangi kembalinya sang maestro dari Negeri Napoleon.
Di sisi lain, pria yang memainkan 147 penampilan bersama i Bianconeri mengatakan, Piala Dunia 2022 Qatar akan sangat menyenangkan bagi para penggemar si kulit bundar. Qatar memenangkan pemilihan tuan rumah FIFA atas Amerika Serikat (AS) dalam hasil pemungutan suara yang diadakan 2010 lalu. Pun, jelang voting, mantan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy mengundang Platini untuk menghadiri makan malam di Istana Negara Elysee.
Dalam perjamuan itu, Sarkozy memperkenalkan Platini dengan putra Emir Qatar, Tamin al-Thani serta Perdana Menteri Qatar, Sheikh Hamad bin Jassim. Tak menyangkal, Platini membenarkan pertemuan ini, meski menampik tuduhan dirinya dibujuk Sarkozy dan Al-Thani agar mendukung Qatar.
"Itu tidak penting, itu satu suara," katanya tentang perannya sendiri dalam kemenangan Qatar sebagai tuan rumah PD 2022.
Namun, jika berdasarkan keterangan Blatter, pertemuan antara Platini, Sarkozy, dan putra Emir Qatar, memang bertujuan menggiring sejumlah pemilik suara agar mengalihkan dukungan dari AS ke Qatar. Awalnya Blatter, Platini, dan beberapa anggota kongres berencana untuk menjatuhkan pilihan kepada AS karena Negeri Paman Sam mempunyai modal infrastruktur yang lebih meyakinkan ketimbang Qatar.
Sayang, sekitar sepekan sebelum voting, Blatter mengaku mendapat panggilan telepon dari Platini yang berisi ajakan agar mengalihkan dukungan dari AS. Upaya Qatar berkonspirasi dengan Sarkozy dan Blatter juga terkesan kian nyata jika melihat pergerakan negara tersebut.
Mengacu pada fakta di atas lapangan, enam bulan usai Qatar mengalahkan AS dalam voting tuan rumah PD 2022, klub Prancis yang didukung Sarkozy sejak kecil, Paris Saint-Germain (PSG) dibeli kepemilikannya oleh Qatar Sport Investermen (QSI), organisasi yang punya hubungan dekat dengan Pemerintah Qatar.
Platini menjalani pemeriksaan di Kantor Satuan Antikorupsi Kepolisian Yudisial Prancis di Paris. Dia diberondong sejumlah pertanyaan mengenai keterlibatannya dalam pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 pada 2010.
Dari 24 anggota Komite Eksekutif FIFA yang memilih Qatar sebagai tuan rumah, sebanyak 16 orang di antaranya sudah mengundurkan diri, dibekukan statusnya, atau tengah diawasi.