Kamis 10 Oct 2019 17:00 WIB

Rasulullah SAW Tekankan Lemah Lembut Didik Anak, Mengapa?

Lemah lembut dalam mendidik anak adalah kunci keberhasilan pendidikan.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi sekeluarga mengaji, mengaji sekeluarga, mengaji bersama, ngaji bersama
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ilustrasi sekeluarga mengaji, mengaji sekeluarga, mengaji bersama, ngaji bersama

REPUBLIKA.CO.ID, Ada banyak sikap dan sifat teladan yang baik dari Rasulullah SAW yang bisa dipraktikkan para orang tua dalam mendidik anaknya. Sebab, teladan yang baik dari orang tua sangat membantu dalam membentuk karakter anak yang baik pula.

Mengutip buku berjudul "Menjadi Ayah yang Sukses" karya Adil Fathi Abdullah, ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah, dia tidak dapat menerangkan akhlak beliau selain ungkapan, "Akhlak beliau adalah Alquran."

Baca Juga

Bahkan dalam surah al-Qalam ayat ke-4, Allah menyatakan bahwa Nabi adalah sosok yang benar-benar berbudi pekerti yang agung. Ada empat sifat yang melekat pada diri Rasulullah, yakni shidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan amanah), dan fathanah (cerdas). 

Seorang anak pada dasarnya mempelajari sebagian besar nilai-nilai akhlak dari orang-orang yang dikaguminya. Karena itu, orang tua hendaknya bersikap lemah lembut dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Rasulullah SAW mendorong kaum mukminin agar berlemah lembut kepada keluarga dan anak-anak.

Beliau bersabda, "Jika Allah swt menghendaki kebaikan bagi suatu keluarga, Dia menumbuhkan kelembutan pada diri mereka" (HR Abi ad-D Dunya).

Banyak ayat dan hadis yang memuji sifat lemah lembut. Allah dalam firman-Nya berkata, "Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (QS Ali Imran:159).

Dalam mendidik anak tentunya diperlukan kesabaran yang berlipat. Sebab, setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Di sini, Rasulullah juga menekankan bahwa kekuatan mental lebih penting daripada kekuatan jasmani. 

Rasulullah bersabda, "Yang namanya kuat itu bukan dengan gulat. Orang yang kuat adalah orang yang sanggup mengendalikan diri ketika marah" (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad). 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement