Kamis 10 Oct 2019 17:34 WIB

INCRE 2019: 5 Rekomendasi untuk Pendidikan Agama Lebih Baik

Peserta INCRE sepakat pelaksanaan rutin kegiatan ini.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah peserta mengikuti acara pembukaan 1st International Conference on Religion and Education (INCRE) di Bintaro, Tangsel, Banten,Selasa (8/10) malam.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah peserta mengikuti acara pembukaan 1st International Conference on Religion and Education (INCRE) di Bintaro, Tangsel, Banten,Selasa (8/10) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – The 1st Internasional Conference on Religion and Education (INCRE) yang diselenggarakan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) berakhir pada Kamis (10/10). Konferensi yang dihadiri delegasi sepuluh negara ASEAN tersebut menghasilkan lima rekomendasi.  

Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan pada Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Amsal Bakhtiar, menyampaikan rekomendasi pertama, agama dan pendidikan merupakan institusi yang saling mendukung. Agama menjadi salah satu faktor penting yang menyatukan keberagamaan. Sehingga terjadi keharmonisan dan moderasi beragama.  

Baca Juga

Dia menjelaskan, agama dan pendidikan sejak dulu sudah berjalan beriring. Pendidikan akan kering tanpa agama yang mengandung banyak nilai baik dan mulia. "Dengan adanya nilai baik dan mulia yang bersumber dari agama, maka pendidikan akan mendapatkan energi," kata Amsal kepada Republika.co.id, Kamis (10/10). 

Dia menegaskan, intinya agama dan pendidikan bersinergi untuk saling memperkuat. Sehingga persoalan-persoalan yang muncul dapat diselesaikan dengan baik. Hasil akhirnya tercipta kehidupan yang harmonis dan keberagamaan yang moderat.  

Rekomendasi kedua, pendidikan agama lebih diarahkan untuk menjawab permasalahan praktis yang dihadapi manusia. Seperti perlunya peningkatan pendidikan kecakapan hidup yang berorientasi pada teknologi digital. Melalui teknologi digital diharapkan umat menjadi lebih mandiri dan berdaya saing. 

Amsal menerangkan, umat harus bisa beradaptasi di era digital, artinya umat jangan melawan arus perkembangan teknologi digital. Justru umat harus mampu memanfaatkan teknologi digital guna meningkatkan kualitas umat. "Justru kalau bisa umat harus menjadi pionir pengembangan teknologi digital," ujarnya. 

Rekomendasi ketiga, teknologi digital di era revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0 merupakan tantangan yang harus dihadapi. Teknologi digital sebagai sarana atau alat dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan dan memverifikasi ajaran agama secara masif dan cepat. 

Menurut dia, umat harus mampu menggunakan berbagai produk teknologi digital dengan bijaksana untuk kebaikan. Sebab semakin deras dan cepatnya arus informasi di era digital menuntut manusia harus pandai memilah dan memilih informasi. 

Rekomendasi keempat, meningkatkan kerja sama di semua aspek kehidupan beragama baik intern maupun ekstern umat beragama dan bangsa-bangsa ASEAN. Amsal mengatakan, melalui rekomendasi ini semua peserta INCRE ingin meningkatkan kualitas kehidupan umat beragama. Supaya umat beragama dapat hidup rukun dan damai.

Amsal menerangkan, kehidupan berbangsa di Indonesia dan ASEAN juga sangat beragam. Maka keberagaman tersebut harus dipandangan positif. Dia mengingatkan bahwa keberagaman agama dan bangsa jangan dipandang sebagai alat pemisah tapi harus dipandang sebagai alat perekat.

"Sama ketika kita melihat laut Indonesia, lihat laut sebagai perekat pulau-pulau di Indonesia, jangan lihat laut sebagai pemisah pulau-pulau di Indonesia, begitu pula cara pandang kita melihat agama-agama yang beragam, jangan dilihat sebagai pemisah," jelasnya.

Rekomendasi kelima, mereformasi pendidikan agama dan keagamaan di semua jenjang dan jalur pendidikan untuk penguatan karakter. Amsal menyampaikan bahwa pendidikan agama yang tidak cocok dengan perkembangan zaman harus direformasi di semua level dan jalur.  

Misalnya reformasi dimulai dari pendidikan agama yang formal. Anak didik tidak cukup hanya ditekankan kepada hal-hal yang ritual, hafalan dan lain sebagainya. Anak didik harus dibangun karakternya, sehingga kelak menjadi umat yang berkarakter dan berintegritas. "Pendidikan karakter sangat penting," katanya.  

Sementara, Koordinator Kegiatan INCRE, Muhamad Murtadlo, bersyukur INCRE yang dihadiri tokoh agama dan akademisi serta delegasi dari sepuluh negara ASEAN berjalan baik sejak 8-10 Oktober 2019 di Hotel Santika Bintaro. Sebanyak 80 paper dari peserta INCRE tentang pendidikan dan agama telah dipresentasikan selanjutnya akan dipublikasikan.

"Para peserta INCRE berharap konferensi selanjutnya dapat digelar di negara-negara mereka dari tahun ke tahun, rencananya tahun depan INCRE akan diselenggarakan di Brunei karena perwakilan dari Brunei menyampaikan menyanggupi menjadi tuan rumah," ujarnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement