Jumat 11 Oct 2019 14:14 WIB

213 Perantau Minang di Wamena Sudah Kembali Berdagang

Sudah tidak ada lagi perantau Minang di Wamena yang eksodus.

Rep: Febrian Fachri / Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah pedagang berjualan di Pasar Tradisional Sinakma, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Jumat (11/10/2019).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Sejumlah pedagang berjualan di Pasar Tradisional Sinakma, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Jumat (11/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit mengatakan, sebanyak 213 warga perantau Minang yang ada di Wamena, Papua sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Mayoritas perantau Minang di Wamena bekerja sebagai pedagang barang sembako.

"Kan yang bertahan di Wamena ada 213 (perantau Minang). Saya cek ke ketua Ikatan Keluarga Minang (IKM) di sana, kalau mereka sudah mulai dagang kembali," kata Nasrul Abit di Padang, Jumat (11/10).

Baca Juga

Pascatragedi Wamena kemarin, ada 1.470 perantau Sumbar eksodus dari Papua. Sebanyak 702 orang memilih pulang ke Sumbar, sisanya ada yang tinggal di Jakarta, Bali dan beberapa provinsi lainnya.

Ada juga perantau Minang di Wamena memilih pindah permanen ke provinsi lain buat membuka kehidupan baru. Sebanyak 213 orang memilih tetap bertahan di Wamena karena memiliki aset yang masih bisa dilindungi. Perantau Minang yang bertahan ini yakin dengan jaminan keamanan dari pemerintah.

Nasrul menyebut Pemprov Sumbar akan menyalurkan bantuan hasil dari penggalangan dana dari berbagai pihak buat korban tragedi Wamena. Baik korban yang sudah pulang kampung maupun yang bertahan di Wamena.

Nasrul mengatakan, sekarang sudah tidak ada lagi warga yang akan eksodus dari Wamena. Ia harap warga yang bertahan tidak berubah pikiran untuk ikut pulang kampung. Karena pulang ke kampung halaman, kata dia, belum tentu ada jaminan akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

"Satu orang saya dengar bahkan sudah ingin kembali lagi ke Wamena untuk kembali buka usaha di sana," ucap Nasrul.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement