REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Polisi Inggris mengatakan, seorang pria ditangkap atas insiden penikaman yang terjadi di pusat perbelanjaan Arndale di Manchester, Jumat (11/10). Pelaku diyakini melakukan aksi tersebut sendiri, tanpa ada dukungan orang atau pihak lain.
"Dia bersenjata pisau besar dan dia mulai menerjang dan menyerang orang-orang dengan pisau," kata Asisten Kepala Polisi Constable Jackson.
Pria itu menyerang orang-orang di sekitar pusat perbelanjaan dan mengejar dua petugas tidak bersenjata yang datang untuk mengamankan keadaan. Setelah petugas bersenjata tiba, pelaku dapat dilumpuhkan menggunakan pistol setrum.
"Dua petugas pendukung komunitas polisi yang tidak bersenjata berusaha untuk menghadapi penyerang. Dia kemudian mengejar mereka dengan pisau saat mereka meminta bantuan mendesak. Pria itu menyerang orang-orang di sekitarnya dan kami mendapati lima orang terluka olehnya," ujar Jackson.
Sosok berusia 40-an itu ditangkap karena dicurigai melakukan aksi terorisme. Polisi Greater Manchester dalam sebuah pernyataan menyatakan, pria itu telah diperiksa oleh dokter dan ditahan di bawah Undang-Undang Kesehatan Mental.
Hingga saat ini, tidak ada ancaman yang lebih luas bagi publik. Polisi meyakini penyerangan itu merupakan tindakan individu.
"Ini pasti akan membawa kembali kenangan tentang peristiwa mengerikan tahun 2017. Saat ini kami tidak percaya ada orang lain yang terlibat dalam serangan ini, tetapi kami akan terus-menerus menjaga ini di bawah peninjauan," kata Jackson.
Atas peristiwa itu, polisi mengatakan, tiga orang menderita luka tusuk yaitu dua perempuan yang salah satunya berusia 19 tahunan dan seorang pria berusia 50-an. Jackson mengatakan, bahwa luka-luka itu cukup dalam, hanya saja tidak sampai mengancam nyawa.
"Kami tidak tahu motivasi untuk serangan mengerikan ini, tampaknya acak, itu pasti brutal dan tentu saja sangat menakutkan bagi siapa pun yang menyaksikannya," kata Jackson.
Jackson menyatakan, polisi saat ini sudah menahan dan sedang melakukan investigasi tentang alasan yang mendasari pelaku melakukan penusukan tersebut. "Kami sekarang akan bekerja untuk memahami mengapa dia melakukan serangan mengerikan ini," ujarnya.
Perdana Menteri Boris Johnson pun telah menanggapi kejadian penusukan itu melalui akun Twitter. Dia mengungkapkan rasa terima kasih pada petugas bisa merespons cepat dan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
"Terkejut dengan kejadian di Manchester dan pikiran saya tertuju pada yang terluka dan semua yang terpengaruh," ujar Johnson.
Inggris telah lama berada dalam kondisi siaga tinggi dan saat ini berada pada tingkat ancaman tertinggi kedua. Sedangkan, Manchester adalah lokasi serangan paling mematikan di Inggris dalam beberapa tahun terakhir.
Seorang warga Inggris berusia 22 tahun yang lahir dari orang tua Libya bernama Salman Abedi melakukan ledakan bunuh diri. Peristiwa itu menewaskan 22 orang pada Mei 2017 ketika peledakan dilakukan di akhir konser Ariana Grande di Arena Manchester, tidak jauh dari pusat Arndale.
ISIS mengatakan bertanggung jawab segera setelah pemboman itu. Namun, Dinas Keamanan selalu meragukan klaim yang telah dibuat tersebut. Adik Abedi, yang diduga terlibat, diekstradisi dari Libya pada Juli.