REPUBLIKA.CO.ID, PRINGSEWU -- Pemerintah Kabupaten Pringsewu, Lampung menggunakan pendekatan keagamaan untuk mengubah perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan) masyarakat dan mengatasi permasalahan sanitasi.
"Kami menggunakan pendekatan keagamaan dalam mengatasi permasalahan sanitasi, yang disebut sebagai jihad sanitasi. Alasan menggunakan pendekatan keagamaan karena urusan kebersihan adalah urusan sepanjang masa atau bagian hidup sehingga kita harus bersungguh-sungguh menuntaskan permasalahan ini," ujar Bupati Pringsewu Sujadi, Sabtu (12/10).
Ia menjelaskan Pemerintah Kabupaten Pringsewu memiliki komitmen mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat dengan melaksanakan pendekatan keagamaan. Hal itu untuk memicu kesadaran masyarakat akan kesehatan dan sanitasi karena lebih dekat dengan mereka.
"Selain jihad sanitasi, kita juga ada grup paduan suara Shalawat STBM yang berfungsi sebagai sarana pengingat bagi masyarakat akan pentingnya kesehatan melalui perilaku sanitasi yang baik dan benar, " ujarnya.
Pendekatan keagamaan yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Pringsewu itu, kini mampu membawa masyarakat sadar akan pentingnya sanitasi yang layak dan memadai. "Kami diajarkan kalau buang air besar sembarangan dosa karena akan merugikan orang banyak, membuat orang lain sakit, lalu kita juga tidak sopan kalau buang air sembarangan karena membuka aurat di depan umum, " ujar Pariem, salah seorang warga.
Ia mengaku dahulu setiap hari buang air di sungai dekat rumah atau di kolam ikan, akan tetapi setelah adanya sosialisasi dari sanitarian puskesmas dan adanya pendekatan keagamaan, dirinya kini memilih hidup sehat dengan tidak buang air sembarangan. "Malu sekarang kalau buang air di sungai atau di kolam, karena dilihat orang lalu kita sebagai orang beriman harus menjaga kebersihan karena kebersihan bagian dari iman," katanya.
Sosialisasi tentang sanitasi juga dilakukan dengan pendekatan budaya melalui pertunjukan wayang. Ada pula tindakan secara langsung dengan melaksanakan razia petugas dengan bersepeda setiap Jumat.