REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM – Belanda dan Norwegia mengumumkan akan menangguhkan semua penjualan senjata ke Turki. Hal itu merupakan respons kedua negara atas operasi militer yang digelar Ankara di Suriah.
"Belanda sekarang telah memutuskan untuk menahan semua pengajuan izin untuk ekspor peralatan militer ke Turki sambil menunggu jalannya situasi," kata Kementerian Luar Negeri Belanda pada Jumat (11/10), dikutip laman Daily Sabah.
Sebelum Belanda, Norwegia telah mengumumkan lebih dulu keputusannya membekukan penjualan senjata ke Turki sebagai tanggapan atas operasi militer mereka di Suriah.
"Mengingat bahwa situasinya kompleks dan berubah dengan cepat, Kementerian Luar Negeri, sebagai langkah pencegahan, tidak akan menangani permintaan baru untuk ekspor bahan pertahanan atau bahan untuk penggunaan ganda ke Turki," ujar Menteri Luar Negeri Norwegia Ine Eriksen.
Telah banyak negara Eropa yang menyatakan keprihatinan atas operasi militer Turki di Suriah dalam rangka menumpas pasukan Kurdi. Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Ankara untuk segera mengakhiri operasinya.
Dia berpendapat, aksi militer Turki menempatkan jutaan warga dalam risiko kemanusiaan. Prancis telah memanggil duta besar Turki di negaranya untuk mengutarakan keprihatinan dan kekhawatirannya.
Turki mulai melancarkan operasi militer di Suriah timur laut pada Rabu malam. Mereka ingin menumpas pasukan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan Partai Persatuan Demokratik Suriah (PYD). Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Turki telah melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris.
Turki juga membidik Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi. Sejauh ini operasi mereka berfokus di kota Tal Abyad dan Ras Al-Ain. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pasukannya telah membunuh 109 pasukan Kurdi.