Sabtu 12 Oct 2019 23:13 WIB

Qadari: Gerindra Lebih Berpeluang Besar Masuk Kabinet

Hubungan kurang baik antara Megawati dan SBY dinilai jadi salah satu pertimbangan.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Joko Widodo saat berswafoto dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto bersama awak media usai melakukan konferensi pers bersama di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10)
Foto: Republika/Dessy Suciati Saputri
Presiden Joko Widodo saat berswafoto dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto bersama awak media usai melakukan konferensi pers bersama di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang pelantikan presiden pada 20 Oktober, dua partai yang tadinya berseberangan berpeluang bergabung bersama kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Bahkan, Partai Gerindra dan Demokrat disebut telah mempersiapkan kadernya untuk menjadi menteri.

Namun, Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari melihat Partai Gerindra lebih berpeluang untuk bergabung dengan kabinet Jokowi. Sebab, hubungan antara Prabowo Subianto dengan petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih terjalin dengan baik.

Baca Juga

"Hubungan pribadi Ibu Mega dengan SBY dan Prabowo berpengaruh. Mana hubungannya yang paling baik, itu yang lebih berpeluang untuk masuk (kabinet)," ujar Qodari di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (12/10).

Menurut Qodari, kurang baiknya hubungan antara Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan menjadi pertimbangan. Apalagi, Partai Demokrat disebutnya kurang menjalin komunikasi dengan partai-partai pendukung Jokowi.

"Partai Demokrat peluangnya mengecil atau peluangnya lebih kecil dibandingkan dengan Partai Gerindra. Tapi apakah kemudian yang kecil itu akan masuk atau tidak, kita tunggu pada waktunya," ujar Qodari.

Diketahui, Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, di Istana Merdeka, Jumat (11/10) kemarin, berlangsung cair dan penuh canda tawa. Namun, suasana berbeda terjadi sehari sebelumnya saat Presiden Jokowi bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.

Padahal, kedua pertemuan tersebut membahas hal yang sama, yakni peluang untuk masuk ke kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin.

Dosen Komunikasi Politik Universitas Gajah Mada (UGM), Nyarwi Ahmah menyebut ekspresi dari SBY lebih kalem saat bertemu Jokowi. Sedangkan Prabowo menunjukkan wajah yang lebih ekspresif.

"Ekspresi baik pak Prabowo maupun Jokowi dan pak SBY ketemu pak Jokowi. Mungkin dengan style pak SBY mungkin begitu kalem tahan diri. Pak Prabowo ekspresif dan antusias," ujar Nyarwi.

Melihat hal tersebut, ia menilai komunikasi yang dibangun antara Jokowi dan Prabowo lebih cair. Apalagi, itu merupakan pertemuan resmi keduanya, setelah yang pertama terjadi di Moda Raya Terpadu (MRT).

"Saya lihat cara Jokowi setelah bertemu beliau untuk konpers usai ketemu SBY, Ketika ditanya bagaimana? Ya, itu tanyakan ke SBY. Sementara dengan pak Prabowo tidak. Lebih cair," ujar Nyawi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement