Ahad 13 Oct 2019 12:04 WIB

Pelari Kenya Pecahkan Rekor Maraton di Bawah Satu Jam

Namun, rekor tersebut merupakan rekor tidak resmi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Pelari Eliud Kipchoge dari Kenya memecahkan rekor tidak resmi lari maraton di bawah dua jam di Wina, Austria, Sabtu (12/10).
Foto: AP Photo/Ronald Zak
Pelari Eliud Kipchoge dari Kenya memecahkan rekor tidak resmi lari maraton di bawah dua jam di Wina, Austria, Sabtu (12/10).

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Rekor baru lari maraton kembali tercipta. Eliud Kipchoge menjadi pelari pertama yang dapat menyelesaikan lari jarak jauh dengan durasi di bawah dua jam atau lebih tepatnya 1 jam, 59 menit dan 40,2 detik di Wina, Sabtu (12/10).

Setelah berhasil menempuh jarak sepanjang 42,2 Km di Prater, sebuah taman di pusat ibu kota Austria, pria berusia 34 tahun ini menembus garis akhir kemudian mengibarkan bendera Kenya di pundaknya. Rekor ini dipecahkan dalam ajang INEOS 159 Challenge di Wina, Austria.

Baca Juga

Meski menetapkan rekor baru, upaya pelari asal Kenya ini tidak secara resmi tertulis dalam rekor Asosiasi Internasional Federasi Atletik (IAAF). Acara yang diadakan di Wina ini bukan kompetisi resmi yang dilakukan IAAF.

 

Terlebih lagi Kipchoge menggunakan 41 pacemakers atau alat buatan untuk merangsang otot jantung dan mengatur kontraksi. Alat tersebut tidak boleh digunakan dalam lari maraton resmi, terlebih lagi untuk mencatatkan rekor baru.

"Saya hanya berpikir itu tidak penting. Ini hanya tonggak pencapaian besar dan olahraga kami memiliki ruang untuk semua hal dan saya pikir itu akan menarik dan menambah nilai," ujar Kipchoge, dikutip dari SBS, Ahad (13/10).

Rekor dunia sebelumnya dipegang oleh Roger Bannister pada 1954. Bannister memecahkan rekor 4 menit per mil dalam pertemuan atletik di Oxford pada Mei 1954. Setelah 65 tahun belum tergantikan, Kipchoge akhirnya bisa melakukannya, dan untuk itu tidak hanya dengan satu kali percobaan saja.

"Dari kilometer pertama hari ini saya benar-benar nyaman. Dalam hati dan pikiran saya berharap berlari di bawah dua jam dan membuat sejarah. Saya berharap meninggalkan pesan positif kepada seluruh dunia bahwa tidak ada manusia yang terbatas," kata Kipchoge.

Pada 1991, Michael Joyner menerbitkan sebuah makalah yang memperkirakan waktu tercepat bagi manusia untuk berlari maraton, yaitu 1:57:58. Dengan rekor baru itu, penelitian ini semakin bisa digapai dan mungkin akan terpatahkan suatu hari nanti.

Dalam memecahkan rekor. Kipchoge juga dipandu oleh mobil listrik yang memproyeksikan laser hijau, bergerak dengan kecepatan yang diperlukan untuk memperoleh waktu di bawah dua jam. Dia pun menggunakan sepatu model baru Nike  NEXT% yang dilengkapi dengan pelat serat karbon.

"Ada lebih sedikit energi yang hilang dengan setiap kaki bergerak. Mereka telah menyetelnya sehingga sifat mundur sepatu mengoptimalkan kemampuan pelari untuk menerapkan kekuatan ke tanah," ujar Joyner.

Alat bantu sangat diperlukan untuk mengefisienkan tenaga dari pelari. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, akan memberikan bantuan yang diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan saat berlari.

"Bannister memiliki dua pacers, lintasan di Oxford juga diperbarui, Bannister adalah seorang mahasiswa kedokteran yang bekerja pada kinerja maksimal manusia, dan sepatunya memiliki paku ultra ringan khusus. Aku melihat banyak kesamaan antara dia dan Kipchoge," kata Joyner.

Kipchoge sebelumnya sudah mencoba melakukan hal yang sama di Berlin pada 2018. Namun, upaya itu tidak maksimal karena dia mencatat waktu dua jam, 1 menit, dan 39 detik.

"Saya mencoba dan saya tidak mendapatkannya," kata Kipchoge merujuk pada upaya pertama dua tahun lalu.

Rekor lari yang juga pernah dibuat oleh pemenang Olimpiade Rio 2016 ini datang dua tahun. Dia pun mendominasi dunia lari maraton dengan memenangkan Chicago Marathon pada 2014, maraton Berlin dan London pada 2015, dan London Marathon pada 2016.

Berkat upaya pemecahan rekor baru, nama Kipchoge akan menjadi nama jalan di Eldoret atau kota kelahirannya. Warga Eldoret pun ikut menyaksikan pengumuman rekor dan bersorak atas pemecahan baru itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement