Senin 14 Oct 2019 05:22 WIB

Topan Hagibis Lumpuhkan Tokyo, Listrik dan Air Mati

Topan Hagibis yang melanda Tokyo, Jepang, pada akhir pekan lalu memicu bencana banjir

Rep: FERGIE NADIRA/ Red: Elba Damhuri
Petugas pemadam kebakaran memeriksa kawasan yang dilanda banjir akibat Topan Hagibis di Kawasaki, dekat Tokyo, Jepang, Ahad (13/10).
Foto: Ren Onuma/Kyodo News via AP
Petugas pemadam kebakaran memeriksa kawasan yang dilanda banjir akibat Topan Hagibis di Kawasaki, dekat Tokyo, Jepang, Ahad (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Topan Hagibis yang melanda Tokyo, Jepang, pada akhir pekan lalu memicu bencana banjir, tanah longsor, dan gempa bumi. Jumlah korban jiwa pun terus bertambah. Japan Today pada Ahad (13/10) malam waktu setempat melaporkan, korban jiwa telah mencapai 26 orang, sementara belasan orang dilaporkan masih hilang dan seratusan orang terluka.

Bencana banjir, longsor, dan gempa bumi yang ditimbulkan akibat topan Hagibis melumpuhkan sistem kelistrikan. Menurut keterangan Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, sekitar 376 ribu rumah terputus aliran listriknya dan 14 ribu rumah terputus jaringan airnya.

Dampak topan Hagibis memburuk setelah gempa bumi sebesar 5,3 SR pada Sabtu (13/10) yang memicu tanah longsor. Kementerian Infrastruktur Jepang mencatat, ada 48 bencana tanah longsor dan aliran lumpur di 12 prefektur. Bencana banjir pun turut melanda karena ada sembilan sungai yang meluap.

Perdana Menteri Jepang mengingatkan warganya untuk mewaspadai bencana yang diakibatkan topan Hagibis. "Saya meminta semua warga Jepang untuk terus mewaspadai bencana tanah longsor dan banjir," kata Shinzo Abe.

Banjir parah dilaporkan terjadi di Kota Nakano, Prefektur Nagano. Di wilayah itu, permukaan air naik ke ketinggian sekitar 2 meter dari tanah karena tanggul Sungai Chikuma jebol. Air sungai berlumpur membanjiri area terdekat yang membuat ratusan orang terdampar, termasuk di fasilitas perumahan untuk orang tua.

Kementerian Pertahanan Jepang harus mengerahkan helikopter untuk menyelamatkan warga yang mengevakuasi diri ke atap rumah. Warga melambaikan handuk untuk menarik perhatian petugas yang melakukan evakuasi menggunakan helikopter.

"Semalam, kami mengeluarkan perintah evakuasi ke 427 rumah tangga dan 1.417 individu," ujar seorang pejabat darurat bencana di Nagano, Yasuhiro Yamaguchi, dilansir Japan Times, Ahad (13/10).

Badai Hagibis juga membuat operasional maskapai penerbangan dan perkeretaapian terhenti. Bandara-bandara utama ibu kota, Haneda dan Narita, menghentikan penerbangan. Kereta penghubung ke bandara pun ditangguhkan hingga membuat lebih dari seribu penerbangan dibatalkan.

Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan bencana hujan tingkat tertinggi. Menurut kantor berita Kyodo, badan meteorologi meningkatkan skala topan dari satu ke lima untuk Tokyo dan Prefektur Gunma, Saitama, Kanagawa, Yamanashi, Nagano, Shizuoka, Niigata, Fukushima, Tochigi, Ibaraki, Miyagi, dan Iwate. Beberapa operator bendungan telah meminta izin membuka bendungan sebagai tindakan darurat untuk menghindari kemungkinan pecahnya bendungan.

Topan juga menghantam sebagian Ichihara, Prefektur Chiba, pada Sabtu hingga menghancurkan 12 rumah dan merusak lebih dari 70 rumah lainnya. Pejabat setempat mengatakan, seorang pria berusia 50-an ditemukan meninggal dunia dalam sebuah mobil yang terbalik karena terkena badai Hagibis.

Di Prefektur Gunma, empat orang meninggal dunia setelah banyak rumah warga tersapu. Sementara, di Kawasaki, barat daya Tokyo, seorang pria berusia 60-an ditemukan di sebuah apartemen yang terendam air yang kemudian meninggal di rumah sakit.

"Airnya naik lebih tinggi daripada kepala saya di rumah," kata Hajime Tokuda, seorang tenaga profesional keuangan yang tinggal di Kawasaki, dekat Tokyo.

Ia sempat mencoba mengungsi ke rumah kerabat. Namun, rumah kerabatnya itu turut terendam hingga mereka harus dievakuasi menggunakan perahu.

Topan Hagibis lebih dulu menerjang Pulau Honshu, Jepang, Sabtu, sekitar pukul 19.00. Topan ini dinilai sebagai salah satu topan paling ganas dalam beberapa tahun terakhir dengan embusan angin hingga 216 kilometer per jam (134 mil per jam).

Jumlah korban jiwa berpotensi bertambah. Pada Ahad pagi waktu setempat, banyak jenazah yang muncul dari mobil yang terendam banjir dan tertimbun tanah longsor di beberapa daerah.

WNI selamat

Direktur Perlindungan Warga Negara dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Indonesia, Judha Nugraha, mengatakan, sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di Jepang terdampak topan. Namun, ia menyebut tidak ada yang menjadi korban jiwa.

"Tidak ada WNI yang menjadi korban langsung. Namun, dilaporkan terdapat beberapa WNI yang rumahnya tergenang banjir dan beberapa turis WNI menginap di hotel sampai menunggu jadwal penerbangan," ujar Judha, Ahad.

Judha mengatakan, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi telah menginstruksikan Kedutaan Besar RI di Tokyo dan Konsulat Jenderal RI di Osaka untuk terus memantau dan membantu WNI terdampak topan ganas tersebut.

"Untuk siang hari ini, cuaca Tokyo dan Osaka dilaporkan cerah dan masyarakat telah kembali beraktivitas. Penerbangan di bandara Tokyo dan Bandara Osaka kembali normal," kata Judha.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut topan Hagibis yang melanda Jepang tidak akan berimbas pada kondisi cuaca dan gelombang laut di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi Jepang (JMA) per 13 Oktober 2019, Topan Hagibis sudah bergerak meninggalkan daratan Jepang ke arah timur laut menuju Samudra Pasifik Barat bagian utara.

Meski masih dalam skala kuat, intensitas topan Hagibis mulai menurun. Saat ini, kecepatan angin di pusat topan adalah 60 knot, sedangkan 12 jam sebelumnya adalah 75 knot.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Rahardo Prabowo mengemukakan, posisi topan Hagibis yang kemarin pagi semakin jauh dari wilayah Indonesia, tidak memberikan dampak terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut di Indonesia.

"Adapun potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia lebih dipengaruhi oleh adanya daerah tekanan udara rendah di wilayah Indonesia bagian utara yang membentuk daerah pertemuan angin yang memanjang dari Semenanjung Malaysia hingga Laut Sulawesi," ujar Mulyono dalam siaran persnya, Ahad siang.

(sapto andika candra ed: satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement