REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemrotes Hong Kong menerapkan strategi baru saat menjalankan aksi turun ke jalan. Mereka memilih secara spontan bermunculan (flashmob) dalam kelompok-kelompok kecil di berbagai lokasi di seluruh kota.
Upaya tersebut dilakukan untuk menghindari penangkapan oleh petugas keamanan. Cara ini akan dilakukan untuk melawan polisi dan pemerintah setempat yang semakin keras dalam menekan gerak para pengunjuk rasa.
"Polisi tidak mengizinkan kami mengumpulkan sekelompok besar orang. Mereka memblokir semua stasiun MTR (kereta bawah tanah), tempat polisi telah menangkap (kami) berkali-kali. Polisi juga berhenti dan mencari di stasiun MTR," ujar Crystal, pengunjuk rasa berusia 21 tahun.
Taktik flashmob berskala kecil terjadi di beberapa distrik. Mereka melakukan seruan dan aksi di daerah-daerah yang memang dekat dengan tempat tinggal mereka sehingga ketika polisi datang, pengunjuk rasa bisa dengan mudah menghindari. Mereka dapat lari atau naik ke bus.
"Orang-orang ini tinggal di sekitar daerah ini. Ketika sesuatu terjadi, mereka masih bisa pulang pada malam hari tanpa digeledah di dalam terowongan," ujar Crystal.
Ketika gas air mata ditembakkan terhadap para pengunjuk rasa di distrik Shatin dan Tsuen Wan, para demonstran di tempat lain terlihat bernyanyi bersama di dalam mal lokal atau merusak toko-toko yang pro-pemerintah China. Mereka memisahkan diri dan berbaur sehingga bisa berada di mana saja.
Strategi memisahkan diri ini sebagian upaya respons terhadap politisasi sistem kereta bawah tanah kota. MRT hanya berfungsi setengah hari sejak 4 Oktober karena perintah pemimpin Hong Kong Carrie Lam yang memberlakukan UU darurat untuk melarang masker di tempat umum.
Ketika ribuan penduduk turun ke jalan pada 4 Oktober malam, perusahaan MTR menutup seluruh jalur kereta bawah tanah kota. Layanan-layanan pun ditunda pada akhir pekan berikutnya dengan penerapan jam malam tidak resmi.
Banyak stasiun tetap ditutup pada hari-hari berikutnya karena vandalisme. Sementara layanan publik lain di seluruh kota tetap terbatas selama sepekan terakhir.
Jam operasional tutup lebih awal dari biasanya. Penutupan stasiun tidak dijadwalkan tergantung bagaimana menanggapi demonstrasi.
Kereta bawah tanah ini pernah memainkan hubungan penting yang memungkinkan para pemrotes dengan cepat menghindari polisi. Mereka bisa menyeberangi pelabuhan Hong Kong dalam strategi protes yang dikenal sebagai 'menjadi air', sebuah taktik yang dipopulerkan oleh aktor Hong Kong-Amerika Serikat Bruce Lee tentang cara menghindari musuh seseorang.
Taktik ini telah menjadi kewajiban bagi para pemrotes. Sebab, polisi antihuru-hara ditempatkan di dekat pintu keluar kereta bawah tanah utama pada hari-hari protes serta di terminal feri dan tempat transit lainnya. "Sejak Oktober, polisi menghentikan semua jenis orang (di kereta bawah tanah])" kata pemrotes bertopeng yang merupakan bagian dari unit kecil demonstran bernama Anna di distrik perbelanjaan Mong Kok.
Dia bermain petak umpet dengan belasan kendaraan polisi antihuru-hara. Perempuan berusia 21 tahun ini mengatakan, pengunjuk rasa melakukan Pien Dei Hoi Fa atau berkembang di mana-mana.
Sepanjang akhir pekan, sekelompok kecil pengunjuk rasa akan menyemprot banyak lokasi dengan grafiti. Sering kali mereka pun menghancurkan jendela dan pintu, sebelum segera melarikan diri ketika sirene polisi meraung.
Sementara vandalisme semakin marak, bom molotov tidak mendominasi. Bom molotov hanya terlihat di satu distrik pada hari Ahad malam. Polisi menangkap belasan orang pada hari yang sama, termasuk orang-orang yang sedang menonton.