Senin 14 Oct 2019 12:08 WIB

Menhan AS Siap Kerja Sama Terkait Pemakzulan Trump

Esper akan memenuhi panggilan pengadilan terkait pemotongan bantuan militer AS.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper, 4 Agustus 2019.
Foto: AP Photo/Rick Rycroft
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper, 4 Agustus 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper mengatakan, Kementerian Pertahanan AS atau kerap disebut Pentagon akan bekerja sama dengan penyelidikan pemakzulan yang digagas House of Representative. Dia juga memperingatkan Trump yang mencoba membatasi pengungkapan informasi.

Esper mengatakan akan memenuhi panggilan pengadilan terkait pemotongan bantuan militer AS ke Ukraina. "Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk bekerja sama dengan Kongres," ujar Esper di CBS Face The Nation, Senin (14/10).

Baca Juga

Dalam wawancara dengan Fox News Sunday, dia menambahkan akan melakukan segala yang dia bisa untuk menjawab pertanyaan. Dia memperingatkan Trump dan pejabat lain mematuhi panggilan itu sebelum batas waktu Selasa untuk merespons.

"Saya tidak tahu batasan apa yang mungkin kita miliki secara internal sehubungan dengan pembebasan mereka. Gedung Putih memiliki suara pada rilis dokumen juga," katanya seperti dilansir Guardian, Senin.

Esper tidak menjawab ketika ditanya apakah Trump pernah menjelaskan kepadanya mengapa presiden dilaporkan menentang pandangan pejabat Pentagon dan menahan bantuan ke Ukraina. "Saya tidak punya apa-apa untuk dibagikan dengan Anda tentang ini," kata Esper di Fox News Sunday.

Perwakilan Kalifornia dari Partai Demokrat Adam Schiff, Demokrat secara efektif memimpin penyelidikan pemakzulan Trump sebagai ketua komite intelijen House. Ia mengatakan pelapor kemungkinan tidak dipanggil untuk bersaksi. Ada kekhawatiran akan keselamatannya setelah Trump menyebutnya pengkhianat.

"Ya kami tertarik meminta pelapor datang. Minat utama kita saat ini adalah memastikan orang itu dilindungi," katanya.

Dasar dari penyelidikan pemakzulan adalah laporan seorang pembocor rahasia atau whistleblower. Laporan itu berisi dugaan Trump telah menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk menyelidiki Hunter Biden, anak Joe Biden, kandidat calon presiden dari Demokrat.

Seorang pengacara Hunter Biden mengatakan kliennya akan mengundurkan diri dari pekerjaannya di sebuah perusahaan China, posisi yang telah menarik serangan lebih lanjut dari Trump dan sekutunya. Biden juga tidak akan bertugas di dewan perusahaan asing jika ayahnya terpilih menjadi presiden.

Demokrat melancarkan penyelidikan pemakzulan untuk menyelidiki Trump setelah seorang pejabat intelijen AS mengajukan pengaduan dari seorang pelapor tentang pembicaraan telepon pada 25 Juli antara Trump dan Zelenskiy.

Trump telah berbicara dengan Zelenskiy melalui telepon pada Juli lalu, namun ia mengaku tidak melakukan tekanan apapun. Dalam telepon itu, Trump mendesak Zelenskiy menyelidiki saingan politiknya Joe Biden, mantan wakil presiden AS dan seorang kandidat terkemuka yang menjadi nominasi presiden Demokrat 2020. Keluhan pengaduan juga menimbulkan kekhawatiran tentang klasifikasi panggilan 25 Juli dan panggilan lain antara Trump dan para pemimpin asing.

Demokrat telah meminta Gedung Putih menyerahkan transkrip lengkap percakapan tersebut. Gedung Putih hanya memberikan memo berisi ringkasan percakapan.

 

Belum lama ini, pembocor rahasia kedua muncul mengaku memiliki informasi langsung dan orisinal terkait skandal Ukraina. Munculnya pembocor rahasia kedua ini akan membuat Trump dan para pendukungnya semakin sulit mendiskreditkan keterangan dari pembocor rahasia pertama. Sebelumnya, Trump pernah menyebut keterangan dari whistleblower pertama tidak akurat.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement