Senin 14 Oct 2019 13:12 WIB

Induk dan Anak Orang Utan Korban Karhutla Kalbar Dievakuasi

Keduanya harus dievakusi karena sudah kehilangan habitat akibat karhutla

Rep: Febrian Fachri/ Red: Esthi Maharani
Orangutan jantan yang diberi nama Jerit digendong anggota Tim Medis International Animal Rescue (IAR) Indonesia saat dievakuasi di Desa Kuala Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Sabtu (21/9/2019).
Foto: Antara/HO/IAR Indonesia-Heribertus
Orangutan jantan yang diberi nama Jerit digendong anggota Tim Medis International Animal Rescue (IAR) Indonesia saat dievakuasi di Desa Kuala Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Sabtu (21/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KETAPANG - Tim gabungan dari IAR Indonesia, BKSDA Kalimantan Barat dan Babinsa melakukan evakuasi untuk menyelamatkan sepasang induk dan anak orang utan di hutan dekat wilayah desa Tempurukan, Ketapang, Kalimantan Barat. Ibu dan bayi orang utan ini diperkirakan berusia 20 tahun dan 8 tahun. Keduanya harus dievakusi karena sudah kehilangan habitat akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat.

Ketua tim penyelamatan dari IAR Indonesia, Argitoe Ranting mengatakan tim gabungan melakukan tindakan setelah adanya laporan warga yang melihat sepasang orang utan berkeliaran di sekitar perkebunan di Desa Tempurukan.

"Keberadaan mereka dilaporkan warga kepada IAR Indonesia yang kemudian melakukan penyelamatan bersama BKSDA Kalimantan Barat dan Babinsa setempat, dibantu warga sekitar, pada 10 Oktober 2019," kata Argitoe, Senin (14/10).

Dua orang utan ini diberi nama Mama Sifa dan Sifa. Argitoe menyebut evakuasi dan translokasi menjadi pilihan terakhir untuk memastikan kedua orang utan tersebut dapat melanjutkan hidup di habitat yang tepat.

Sebelum dievakuasi tim gabungan, Mama Sifa dan Sifa terjebak di beberapa bidang pohon yang tersisa dari Karhutla. Karena kawasan hutan besar tempat habitat orang utan ini sudah terbakar sehingga banyak individu orang utan dan spesies lain kehilangan rumah.

Bila tidak segera dievakuasi menurut Argitoe, Sifa dan Mama Sifa akan sulit bertahan. Keduanya terancam kehabisan makanan dan berkonflik dengan manusia. Karena kecenderungan orang utan yang tidak lagi memiliki lahan untuk mencari makan akan pergi keperkebunan milik warga untuk mengganjal rasa lapar.

"Keduanya dalam kondisi kurus dan dehidrasi karena kekurangan nutrisi selama beberapa hari. Tim penyelamat juga melibatkan keberadaan dokter hewan. Kata dokter keduanya bisa segera ditranslokasi ke wilayah hutan yang aman," ujar Argitoe.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement