REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG- Puluhan guru yang berada di Jawa Barat antusias untuk mengikuti pelatihan metode Jari Aljabar di Hotel Amarossa, Kota Bandung, Sabtu (12/10). Kegiatan yang dilaksanakan Republika ini bekerjasama dengan Dede Supriyadi, seorang penulis dan konsultan jari algoritma. Kegiatan dimulai sejak pukul 08.30 Wib hingga pukul 15.00 wib. Para peserta yang merupakan guru matematika ini mendapatkan materi tentang konsep dasar aritmatika, konsep dasar berhitung cepat metode jari aljabar, rahasia berhitung cepat dan mudah metode jari aljabar dan cara mengajar matematika yang menyenangkan.
Sejumlah guru Sekolah Dasar (SD) dan orang tua murid memperhatikan materi yang disampaikan oleh pemateri pada seminar Metode Belajar Berhitung Semudah Membalikkan Tangan Salamath di Hotel Amaroossa, Kota Bandung, Sabtu (12/10).
Dede Supriyadi, penulis dan konsultan jari algoritma mengaku mengapresiasi kerjasama yang dilakukan dengan Harian Republika. Sebab menurutnya metode jari aljabar perlu disebarluaskan kepada masyarakat khususnya sekolah. ''Kami punya metode sangat mudah, makanya orang-orang yang ikut (pelatihan) guru-guru cukup antusias,'' ujarnya, Sabtu (12/10). Kegiatan pelatihan metode Jari Aljabar ini merupakan sinergi antara Republika dengan Dede Supriyadi.
Dede mengungkapkan, metode jari Aljabar ditemukan oleh Bahrudin pada 2007. Kemudian, dirinya bertemu dengan yang bersangkutan pada saat acara matematika yang digelarnya. Penemu metode belajar matematika dengan batang napier ini kemudian bekerjasama mengembangkan metode jari aljabar pada 2013 di Kota Bandung. Kemudian berikutnya membuat buku tentang metode jari aljabar yang bisa digunakan sekolah untuk mengajar matematika ke siswa dan tidak hanya pelatihan atau kursus.
Sejumlah guru Sekolah Dasar (SD) dan orang tua murid mempraktikkan materi yang disampaikan oleh pemateri pada seminar Metode Belajar Berhitung Semudah Membalikkan Tangan Salamath di Hotel Amaroossa, Kota Bandung, Sabtu (12/10).
Selama ini, menurutnya, pengajaran matematika ke siswa di sekolah lebih banyak berbicara hal yang abstrak. Hal tersebut membuat otak siswa menjadi kesulitan. Kemudian akhirnya pelajaran matematika dibenci karena dianggap tidak menyenangkan. ''Kita bicara abstrak (matematika) menyimpan (menghafal) abstrak. Otomatis beban otak anak kesulitan sehingga matematika dibenci karena tidak menyenangkan. Bilangan itu dialihkan ke tangan (jari) yang tadinya abstrak sehingga ada alat bantu,'' katanya.
Dede menyebutkan metode jari aljabar sangat mudah. Sehingga dirinya menjamin siswa SD bisa menguasai matematika dasar kurang dari 5 menit. Menurutnya, metode yang dikembangkan jauh berbeda dari metode yang sudah ada. ''Ini ngitung pakai jari, jari mana dulu. Kalau kita ada eksplorasi kemampuan, berhitung dari (menggunakan) jari itu kapasitasnya lebih dari 10,'' katanya. Dede pun menyebutkan jika siswa kelas 5 dan 6 banyak yang kesulitan tentang materi perkalian dan pembagian. Sebab materi dasar tentang penjumlahan dan pengurangan masih sulit untuk dipelajari dan dipahami.
Peserta menghitung menggunakan jari pada seminar Metode Belajar Berhitung Semudah Membalikkan Tangan Salamath di Hotel Amaroossa, Kota Bandung, Sabtu (12/10).
Salah seorang peserta, guru MI Nurul Falah di Sukamenak, Kabupaten Bandung, Praja mengaku keikutsertaan pada acara pelatihan merupakan yang kedua kali. Ia mengungkapkan pada 2015 sudah pernah mengikuti kegiatan yang serupa. ''Alhamdulillah sekolah kami sudah mengaplikasikan metode ini (jari aljabar), teknik dasar dulu. Saya tertarik mengikuti lagi karena ada membahas perkalian," ujarnya pada acara "Salamath, metode belajar berhitung semudah membalikan tangan,'' ungkap Praja.
Selama menerapkan metode tersebut di sekolah, ia mengungkapkan siswa terangsang dan tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang matematika. Padahal sebelumnya, menurutnya, pelajaran matematika dianggap menyeramkan. ''Alhamdulilah, anak anak lebih semangat dan tidak terpengaruh oleh rumus-rumus. Selama ini kita hapalan. Alhamdulillah, terbantu dengan metode ini,'' katanya. Praja menjelaskan siswa saat belajar matematika didorong untuk menghafal rumus. Namun katanya hal tersebut justru akan membingungkan mereka. Sehingga, dengan menggunakan ilustrasi yaitu jari-jari tangan maka siswa bisa melihat lebih detail.
Penulis sekaligus Konsultan Jari Aljabar Dede Supriyadi (ketiga kanan bawah) bersama Kepala Perwakilan Republika Jawa Barat Rachmat Santosa Basarah (kiri bawah) dan peserta berfoto bersama usai seminar Metode Belajar Berhitung Semudah Membalikkan Tangan Salamath di Hotel Amaroossa, Kota Bandung, Sabtu (12/10).
Salah seorang guru lainnya, Siti Sri asal SMK Taruna Bangsa, Bekasi mengungkapkan minat siswa SMK mempelajari matematika relatif kurang dan mempersepsikan sulit. Sehingga dampaknya mereka menjadi tidak bersemangat dan malas. ''Saya ikut ini karena saya pikir ada cara agar matematika biar mudah (dipelajari),'' ujarnya yang baru pertamakali mengikuti pelatihan. Dirinya mengaku pernah membaca tentang jarimatika dan menilai metode jari aljabar hampir mirip.
Namun menurutnya, metode jari aljabar relatif memiliki cara yang beda dan lebih mudah. Selain metodenya yang disampaikan menyenangkan juga terdapat simulasi atau permainan. Hal senada disampaikan Endang Yuliani, Guru SMK Taruna Bangsa, Bekasi. Menurutnya, metode jari aljabar menjadi alternatif dalam mengajarkan matematika ke siswa. Dirinya mengaku jarang menggunakan metode tersebut sehingga harus memperbanyak praktek.