REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas neluncurkan buku berjudul 'Anti Mainstream Marketing, 20 Jurus Mengubah Banyuwangi' di Dyandra Convention Hall Surabaya, Senin (14/10). Buku yang memiliki tebal 425 halaman ini mengulas apa saja program yang dijalankannya dalam upaya mengubah Banyuwangi menuju daerah inovatif.
"Buku ini berangkat dari apa yang telah kami kerjakan, kemudian kami formulakan dalam tulisan. Ini menjawab berbagai pertanyaan ketika saya menjadi pembicara," kata Anas seusai peluncuran.
Anas mengungkapkan, strategi yang diterapkannya dalam memgubah Banyuwangi menjadi derah inovatif dan daerah wisata, memang tidak biasa atau anti-mainstream. Terlebih, Banyuwangi memiliki APBD dan Sumber Daya Manusia yang terbatas. Sehingga, banyak tantangan yang ditemui dalam menyusun program-program yang tepat sasaran.
"Misalnya dulu taman nasional (Alas Purwo) ini kan mistis. Sekarang justru taman nasional sekarang jadi peluang, orang datang ke tempat itu. Sama juga dengan sektor yang lain. Walaupun dengan keterbatasan anggaran, keterbatasan SDM," ujar Anas.
Anas kemudian mencontohkan jurus-jurus yang dipaparkan dalam buku tersebut, terkait upaya pengembangan Banyuwangi. Salah satu jurus yang diterapkan adalah seluruh dinas yang ada di Banyuwangi, ditantang menjadi dinas pariwisata.
Artinya, setiap dinas ditantang agar orientasinya mendorong dan menciptakan inovasi, yang bisa menjadi destinasi wisata.
"Misalnya Dinas Pertanian, tidak hanya mendorong target produktivitas gabah di Banyuwangi. Tapi itu menjadi destinasi kawasan organik misalnya. Kemudian badan yang mengurusi desa, kita dorong setiap desa harus punya inovasi misalnya smart kampung," kata Anas.
Anas juga mengungkapkan jurus lainnya, bahwa setiap tempat di Banyuwangi adalah destinasi, dan setiap program adalah atraksi. Dia juga menceritakan bagaimana menyulap Banyuwangi yang semula dijuluki Kota Santet menjadi Kota Internet. Dia juga menerapkan strategi semakin misteri, semakin diminati.
Anas berharap, paparan strategi yang ditulisnya bisa memberikan manfaat bagi bupati-bupati lain di Indonesia dalam mengembangkan daerahnya. Dia pun menyarankan agar setiap kepala daerah di Indonesia tidak mudah menyerah terhadap tantangan. Sebab, kata dia, setiap leader, setiap organisasi pasti mempunyai tantangan.
"Banyuwangi tantangannya banyak. Dulu kota kedua terkotor di Jatim, tidak ada pernerbangan. Tapi ternyata diniatkan dan menjadi kesungguhan dengan banyak orang ternyata bisa. Jadi kuncinya, jangan menyerah, inovasi, leadership," kata Anas.
Anas mengungkapkan, royalti dan sebagian hasil penjualan dari buku yang ditulisnya tersebut akan dialokasikan untuk warga kurang mampu, yang difokuskan untuk dana pendidikan. "Sebagian keuntungan untuk membantu anak-anak muda, anak-anak yang tidak mampu di pendidikan yang ada di tempat kami," ujar Anas.