Senin 14 Oct 2019 14:46 WIB

Pemerintah Ekuador Buat Kesepakatan dengan Demonstran

Pemerintah Ekuador setuju untuk mengganti kebijakan penghentian subsidi bahan bakar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Pengunjuk rasa antipemerintah berlindung di balik perisai kayu saat bentrok dengan polisi di dekat Dewan Nasional saat penerapan jam malam di Quito, Ekuador, Ahad (13/10).
Foto: AP Photo/Dolores Ochoa
Pengunjuk rasa antipemerintah berlindung di balik perisai kayu saat bentrok dengan polisi di dekat Dewan Nasional saat penerapan jam malam di Quito, Ekuador, Ahad (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Presiden Ekuador Lenin Moreno mengatakan ia sudah mencapai kesepakatan dengan pemimpin-pemimpin masyarakat adat yang memobilisasi ribuan orang menggelar unjuk rasa kebijakan pemotongan subsidi bahan bakar. Moreno setuju untuk menggantinya dengan kebijakan yang lebih membantu mereka yang paling membutuhkan.

Perwakilan PBB untuk Ekuador yang memediasi kedua belah pihak, Arnaud Peral mengatakan sebagai gantinya pemimpin-pemimpin masyarakat adat setuju untuk segera menghentikan demontrasi. Unjuk rasa itu telah mengguncang Quito dan memicu Moreno memberlakukan jam malam di ibu kota tersebut.

Baca Juga

Masyarakat terlihat gembira dengan keputusan tersebut. Kembang api dan suara klakson bergema di Quito sesaat setelah kesepakatan itu diumumkan usai negosiasi selama tiga jam yang disiarkan televisi.

"Solusi untuk negeri dan perdamaian; pemerintah akan mengganti Dekrit 883 dengan yang baru yang memiliki mekanisme mengarah langsung ke sumber daya untuk orang-orang yang paling membutuhkan," kata Moreno dalam cicitnya di Twitter, Senin (14/10).  

Belum diketahui kapan dekrit pemotongan subsidi bahan bakar itu akan diganti. Sekretaris pemerintah Juan Sebastian Roldan mengatakan kedua belah pihak berencana untuk melanjutkan pembicaraan untuk mulai merancang undang-undang yang baru.

"Mengakui itu bukan kalah, kami semua di sini mengakui," kata Roldan.

Pada Ahad (13/10), hari ke-12 unjuk rasa subsidi bahan bakar terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa. Banyak pengunjuk rasa yang melanggar jam malam yang diberlakukan Moreno.

"Dengan kesepakatan ini, unjuk rasa dan aksi di seluruh Ekudor berakhir," kata Peral selaku mediator.

Blok perdagangan Amerika Selatan, Mercosur bersama negara-negara di kawasan itu mendukung Moreno. Mereka mengencam kerusuhan yang terjadi sepanjang demonstrasi.

Unjuk rasa tersebut menjadi gejolak terburuk di Ekudor dalam sat dekade terakhir. Demontrasi itu juga menjadi sebagai bentuk perlawanan terhadap Dana Moneter Internasional (IMF) di Amerika Latin.

Moreno yang mulai berkuasa pada  2017 menandatangani pinjaman sebesar 4,2 miliar dolar AS pada awal tahun ini. Banyak pendukung yang marah karena Moreno justru mengikuti jejak pendahulunya Rafael Correa.

Moreno membantah pemotongan bahan bakar dilakukan karena IMF. Ia berulang kali menolak untuk mencabut kebijakan tersebut. Menurutnya, pemotongan subsidi bahan bakar menjadi bagian penting dalam upaya membersihkan keuangan negara.

Unjuk rasa di Ekuador diawali pengemudi truk. Lalu masyarakat adat memimpin aksi tersebut, walaupun mereka mengatakan ekstremis dari luar barisan mereka telah berusaha memicu bentrokan.

Kantor ombudsman Ekuador mengatakan unjuk rasa itu mengakibatkan tujuh orang tewas dan ratusan orang terluka. Sebanyak 1.000 orang lebih juga ditahan selama kerusuhan di mulai pada 3 Oktober itu. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement