Senin 14 Oct 2019 15:06 WIB

90 Persen Petani di Purwakarta Sudah Lansia

Anak muda pilih bekerja di perusahaan atau pabrik daripada jadi petani.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Indira Rezkisari
Petani dari Desa Nagrak, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, sedang menanam repugia di pematang sawah, Jumat (7/12). Repugia atau sejenis kenikir ini, merupakan salah satu tanaman musuh alami dari hama padi.
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Petani dari Desa Nagrak, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, sedang menanam repugia di pematang sawah, Jumat (7/12). Repugia atau sejenis kenikir ini, merupakan salah satu tanaman musuh alami dari hama padi.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA — Pertanian di Kabupaten Purwakarta masih menjadi salah satu mata pencaharian bagi masyarakatnya. Namun seiring perkembangan zaman, profesi petani ternyata mulai ditinggalkan oleh generasi muda.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta Agus Suherlan. Agus mengatakan bahkan dari total keseluruhan petani yang ada di Purwakarta, hanya 10 persen yang tergolong usia muda produktif.

Baca Juga

”Sekarang memang fenomena di seluruh wilayah juga bahwa petani didominasi lansia. Kalau petani muda itu sekitar 10 persen jadi 90 persennya lansia (lanjut usia),” kata Agus di Kantor Pemkab Purwakarta, Senin (14/10).

Agus menyebutkan berdasarkan kartu tani terdata ada sekitar 30 ribu masyarakat Purwakarta yang berprofesi sebagai petani. Kartu ini mendata seluruh petani berdasarkan nama, alamat hingga usia.

Dari catatan tersebut memang hanya sedikit petani muda dengn kisaran usia 20-30 tahun. Ia mengatakan kebanyakan petani di Purwakarta sudah berusia di atas 50 tahun.

Menurutnya berkurangnya petani muda ini karena beralihnya minat generasi muda untuk mengolah lahan. Para anak-anak muda lebih memilih bekerja di perusahaan atau pabrik.

“Memang saat ini jumlah petani muda sudah sangat berkurang dan susah ditingkatkan karena ya itu mungkin anak-anak muda sudah malas bertani di sawah,” ujarnya.

Ia mengatakan untuk itu pihaknya mengupayakan terus meningkatkan minat anak-anak muda menjadi petani. Sebab, petani memiliki peran besar pada kontribusi pangan di Indonesia.

Jika jumlah petani terus berkurang maka kekurangan produksi pangan dapat mengancam masyarakat. Ia menungkapkan Dispangtan memiliki sejumlah program peningkatn minat bertani. Mulai dari sosialisasi dan edukasi pada pelajar hingga pemahaman mengenai teknologi bertani yang sekarang semakin memudahkan.

“Salah satu caranya mengembangkan pendidikan vokasional. Jadi anak-anak diberikan motivasu cara bertani dengan teknologi, mengolah lahan, kita mencoba buat kurikulum khusus yang praktikumnya dengan penanaman holtikultura,” tuturnya.

Menurutnya cara ini diharapkan dapat menumbuhkan minat generasi muda untuk memggarap lahan. Sehingga profesi petani tidak ditinggalkan begitu saja seiring para lansia yang sudah semakin senja untuk bertani.

“Karena idealnya yang muda-muda yang semangat mengolah lahan harusnya,” ucapnya.

Ia menambahkan jumlah petani di Purwakarta memang terus berkurang setiap tahunnya. Apalagi petani yang memasuki usia senja tak lagi kuat bertani juga meninggal dunia.

Sementara anak-anaknya tidak meneruskan profesi tersebut. Dikhawatirkan kondisi ini akan berdampak pada produksi pertanian di Kabupaten Purwakarta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement