REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk bisa mencegah penurunan produksi minyak dan gas yang memang secara alami trendnya sedang turun, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) melakukan empat langkah strategis. Kepala SKK Migas, Dwi Sutjipto menjelaskan keempat langkah ini memang bukan untuk meningkatkan produksi secara signifikan. Tapi langkah ini perlu dilakukan dari sekarang untuk menekan angka natural decline.
Pertama, SKK Migas mendorong para KKKS untuk bisa mengoptimalisasi tingkat produksi di blok-blok existing. Ia menjelaskan jika hal ini tidak dilakukan maka penurunan produksi dari Blok Blok tua ini akan semakin tajam.
"Kalau kita tidak melakukan apa apa maka natural decline itu sampai 20 persen. Saat ini harusnya, berada di angka 600 ribu barel. Tapi kita produksi bisa 750 ribu barel. Nah, posisi titik sekarang adalah itu upaya yang kita bisa mengurangi decline yang semula diperhitungkan," ujar Dwi di Hotel JS Luwansa, Senin (14/10).
Kedua, kata Dwi, adalah melakukan percepatan mengubah potensi menjadi cadangan. Ia menjelaskan, hal ini mendorong para KKKS untuk bisa mengubah cadangannya menjadi rencana produksi. Sehingga, cadangan bisa segera diproduksi.
"Kedua, speed up dari potensi ke cadangan. Memecah cadabgan supaya POD dipercepat. Ini kita dorong untuk mempercepat dari cadangan jadi produksi," ujar Dwi.
Ketiga, penggunaan EOR. Ia menjelaskan teknik pengurasan minyak menggunakan kimia adalah salah satu cara yang paling mutkahir saat ini. Hanya saja, memang butuh waktu untuk bisa merasakan hasilnya.
"Ketiga, gimana kita mendorong EOR. itu butuh waktu. Tapi di 2023 semoga ada dampak EOR itu," ujar Dwi.
Terakhir, adalah eksplorasi. Menurutnya, eksplorasi butuh investasi yang besar.
"Maka 2030 ke depan kita mendorong ada kenaikan produksi dari 770 ribu barel oil. We hope that we can (produksi) 1 juta barel per hari. Itu strategi pokok yang kita kembangkan. Semoga kita bisa perbaiki iklim investasi," tambahnya.