REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI, JABAR -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mencatat kerugian akibat bencana sepanjang Januari hingga September 2019 mencapai Rp 22.458.000.000.
"Besarnya kerugian materiil akibat bencana yang terjadi di Kabupaten Sukabumi ini karena tingginya kejadian atau kasus bencana selama sembilan bulan terakhir ini," kata Kepala Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna di Sukabumi, Senin (14/10).
Adapun rincian jumlah rumah yang terdampak bencana, yakni sebanyak 954 unit dengan rincian 248 rusak berat, 225 rusak sedang, 195 rusak ringan dan 286 terancam. Selain itu, bencana juga merusak sejumlah fasilitas umum, sosial dan ekonomi warga.
Sepajang Januari hingga September pun tercatat 627 kasus atau kejadian bencana, antara lain untuk triwulan pertama sebanyak 215 kejadian, yakni kebakaran 20 kejadian, longsor 118 kejadian, banjir 18 kejadian, angin kencang 32 kejadian, gempa bumi tujuh kejadian, pergerakan tanah 13 kejadian, kekeringan tujuh kasus dan lain-lain tujuh kasus.
Triwulan kedua terdapat 119 kejadian dengan rincian kebakaran 29 kejadian, longsor 51 kejadian, banjir 10 kejadian, angin kencang tujuh kejadian, pergerakan tanah tiga kejadian, kekeringan tujuh kejadian dan lain-lain 12 kejadian.
Kemudian triwulan ketiga terjadi 293 kejadian bencana untuk kebakaran sebanyak 51 kejadian, longsor tujuh kejadian, angin kencang satu kejadian, gempa bumi 179 kejadian, kekeringan 49 kejadian dan lain-lain enam kasus.
"Kabupaten Sukabumi merupakan daerah rawan bencana, bahkan hampir setiap harinya kami selalu menerima laporan adanya kejadian bencana. Di awal Oktober ini sudah ada beberapa kejadian, mulai dari kebakaran, longsor hingga pergeseran tanah," ujarnya.
Daeng mengatakan yang harus diwaspadai saat ini adalah bencana tanah longsor, karena sejak akhir September, Kabupaten Sukabumi kerap turun hujan berintensitas tinggi. Apalagi hampir seluruh kecamatan masuk dalam kategori rawan tanah longsor, bahkan di Kecamatan Cibadak saat ini terjadi pergeseran tanah, tepatnya di Kampung Benda, RT 05/06, Desa Karangtengah.
Sebagian warga yang terdampak bencana tersebut memilih mengungsi karena panjang pergeseran tanah terus bertambah dan beberapa rumah pun rusak dan khawatir amblas sehingga ditinggalkan penghuninya.
Pihaknya juga mengimbau kepada warga, khususnya yang tinggal di sekitar tebing, bukit dan lainnya, untuk selalu waspada karena bisa saja terjadi longsor yang dikhawatirkan, seperti kejadian di Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, yang mengakibatkan 32 tewas dan satu lainnya hilang.