Selasa 15 Oct 2019 07:16 WIB

Aplikasi Partai Komunis Cina Disebut Matai-matai Warganya

Pemerintah Cina mewajibkan sejumlah warganya memasang aplikasi tersebut.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Xi Jinping
Foto: REUTERS/Lintao Zhang
Xi Jinping

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Partai Komunis Cina membuat sebuah aplikasi yang bisa memata-matai lebih dari 100 juta warganya. Pakar keamanan ponsel Cure 53 menyatakan, analisis studi menemukan aplikasi Study the Great Nation memiliki elemen tersembunyi yang dapat membantu memantau penggunaan dan menyalin data.

Aplikasi ini memperlemah enkripsi yang digunakan untuk mengacak data dan pesan sehingga memudahkan pemerintah memecahkan keamanan. "Aplikasi ini berisi kode yang menyerupai pintu belakang, yang dapat menjalankan perintah sewenang-wenang dengan hak istimewa pengguna super," kata laporan itu, dikutip dari BBC, Selasa (15/10).

Baca Juga

Perusahaan keamanan itu menyatakan, aplikasi ini memberi pemerintah akses pada isi ponsel warganya. Pemerintah Cina membantah aplikasi tersebut memiliki fungsi pemantauan seperti yang disebutkan.

Pemerintah Cina mengatakan pada Washington Post, tim di balik Study the Great Nation menyatakan tidak ada hal seperti itu di dalam program mereka. Kedutaan besar China di London belum merespons permintaan BBC.

Aplikasi Study the Great Nation rilis pertama kali pada Februari. Penyebarannya diberikan sebagai program gratis yang paling banyak diunduh di Cina. Ketenaran ini berkat permintaan persuasif oleh otoritas Cina kepada warganya untuk mengunduh dan menginstal.

Cara kerja aplikasi ini memuat berita dan gambar resmi, serta mendorong warga mendapatkan poin dengan membaca artikel, mengomentarinya dan memainkan kuis tentang Cina dan pemimpinnya, Xi Jinping. Penggunaan bersifat wajib di kalangan pejabat partai dan pegawai negeri dan terkait dengan gaji di beberapa tempat kerja.

Mulai bulan ini, jurnalis asli Cina harus lulus ujian tentang kehidupan Presiden Xi yang dikirim melalui aplikasi. Mereka baru akan mendapatkan kartu pers saat lulus agar bisa melakukan pekerjaan peliputan.

Atas nama Open Technology Fund, yang berkampanye tentang isu-isu hak asasi manusia, perusahaan keamanan siber Jerman, Cure 53, membongkar versi Android dari aplikasi tersebut. Mereka menemukan banyak fitur yang tidak terdokumentasi dan tersembunyi.

"Jelas dan tidak dapat disangkal aplikasi yang diperiksa mampu mengumpulkan dan mengelola sejumlah besar data yang sangat spesifik," kata laporan itu.

Dalam laporannya yang panjang, Cure 53 mengatakan Study the Great Nation memiliki kemampuan membaca data yang luas. Pemerintah pun dapat melihat daftar aplikasi populer yang dipasang seorang individu di ponsel pribadi masing-masing.

"Sangat, sangat tidak lazim bagi suatu aplikasi untuk memerlukan tingkat akses ke perangkat, dan tidak ada alasan untuk memiliki hak istimewa ini kecuali Anda sedang melakukan sesuatu yang tidak seharusnya," ujar Direktur Riset di Open Technology Fund Adam Lynn kepada Washington Post.

Cure 53 mengatakan, tidak ada bukti akses tingkat tinggi ini sedang digunakan. Namun, studi ini menyatakan keanehan, alasan di balik aplikasi pendidikan yang malah membutuhkan akses ke telepon.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement