REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ayah Bunda, coba jawab pertanyaan ini. Apakah ananda selalu memikirkan gim sepanjang waktu? Apakah dia menghabiskan waktu luangnya dengan bermain gim dan durasinya semakin bertambah? Apakah ketika bermain gim dia lupa makan, lupa tidur, lupa tugas, sering berbohong, dan menjadi pemarah?
Jika Ayah Bunda mendapati frekuensi, durasi dan jumlah gim semakin bertambah, ananda tidak memiliki kontrol diri seperti lupa makan minum serta lupa waktu, lupa sholat, serta lupa dengan tugas sekolah. Selain itu, ananda juga menunjukkan perilaku asosial dan tidak peduli terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, berarti ananda telah kecanduan gim.
Menurut Fitriana dalam penyuluhan usai Senam Ayu Salimah pada Ahad (13/10) pagi di Sekretariat PD Salimah Tulungagung, sebenarnya games memiliki dampak positif.
"Games bisa menjadi hiburan untuk mengurangi stress akibat aktifitas keseharian dan menghilangkan kebosanan karena kegiatan yang monoton. Games juga dapat melatih konsentrasi dan menambah pertemanan terutama di dunia maya melalui jejaring sosial," terang perempuan yang menjadi guru Bimbingan Konseling di sebuah madrasah negeri ini.
Games juga meningkatkan kemampuan anak untuk menguasai komputer. Karena selain nge-games, mereka juga terdorong untuk mengutak-atik program komputer.
"Jadi anak tidak perlu dikursuskan, percayalah mereka akan dengan sendirinya mampu menguasai program-program komputer seiring dengan interaksi intens dengan komputer," jelasnya. Gim juga bisa meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris anak, karena games rata-rata menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Selain berdampak positif, kelamaan bermain games juga memicu dampak negatif. Para gamer sering mengabaikan waktu dan mereka sering lupa ibadah, makan, belajar, istirahat, bersosialisasi dan lain-lain.
"Games juga memicu sikap boros karena tanpa disadari, para gamer telah kehilangan banyak uang demi memuaskan keinginannya. Selain itu, jika terlalu sering main games, para gamer akan ketagihan. Akibatnya, mereka sering melupakan kewajiban sebagai pelajar dan beribadah karena rata-rata gamer adalah anak dan remaja yang masih sekolah," terang ibu dua anak ini.
Menurut Kabid Pengembangan SDM PD Salimah Tulungagung ini, ada berbagai sebab anak asyik bermain games. Di antaranya karena faktor keluarga. Anggota keluarga yang sibuk dengan dirinya sendiri tanpa memberikan perhatian pada anggota keluarga lain akan memicu anak untuk mencari kesibukan sendiri dengan melampiaskan pada games. Selain itu pengaruh teman dan kendali diri yang kurang akan menyebabkan anak terus asyik nge-games.
"Karena games itu banyak sekali permainannya dan selalu muncul versi dan jenis games baru. Kalau nuruti perkembangannya, tak akan ada habisnya," terangnya.
Menurut guru yang kerap memdampingi remaja bermasalah ini, perlu penerimaan apa adanya dari orang tua jika ananda sudah kecanduan games. Jika kecanduan berawal dari kesibukan orang tua dan anggota keluarga lain, luangkan waktu berharga untuk menjalin komunikasi dan keakraban dengan anak.
Selain memperbaiki hubungan dalam keluarga, alihkan perhatian anak dengan menggali aktifitas lain yang positif seperti olahraga, melukis, berkebun dan aktifitas bermakna lainnya. Pengalihan aktifitas ini akan menjalin kedekatan dengan anak.
"Agar tidak lupa waktu, tetapkan aturan dan jadwal bermain games, serta batasi penggunaan hape pada anak," urainya.
Terakhir dan yang paling penting, berdoa kepada Allah. "Allahlah pemilik hati. Dia yang membolak-balikkan hati anak kita. Doakan terbaik bagi mereka, khususnya pada waktu utama dikabulkannya doa seperti pada sepertiga malam terakhir," pungkas Fitri. (fat)