Selasa 15 Oct 2019 08:57 WIB

Saya Kira Ini adalah Akhir Hidup Saya

Ramalan cuaca prakirakan wilayah timur dan tengah Jepang akan diguyur hujan lebat.

Red: Budi Raharjo
Deretan kereta api cepat Shinkansen terendam air di Kota Nagano, Japan, Setelah  Hagibis menghantam kota tersebut , Ahad (13/10)..
Foto: Yohei Kanasashi/Kyodo News via AP
Deretan kereta api cepat Shinkansen terendam air di Kota Nagano, Japan, Setelah Hagibis menghantam kota tersebut , Ahad (13/10)..

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang mengerahkan 110 ribu personel untuk mencari dan mengevakuasi para penyintas bencana topan Hagibis. Hingga Senin (14/10), belasan orang dilaporkan masih hilang. Sementara, korban jiwa terus bertambah menjadi lebih dari 40 orang dan sekitar 200 orang terluka.

Tim penyelamat harus menggunakan perahu karet untuk menyusuri kawasan yang terdampak banjir pascabadai Hagibis. Helikopter juga dikerahkan untuk mencari warga yang bertahan hidup di atap rumah saat banjir menerjang.

Baca Juga

Salah seorang penyintas, Rie Hasegawa, tak pernah menyangka tempat tinggalnya di Prefektur Nagano bakal diterjang banjir yang begitu deras pasca-terjadinya topan Hagibis. “Kekuatan airnya luar biasa. Saat itu gelap, menakutkan, dan saya pikir ini mungkin adalah akhirnya,” katanya, seperti dilansir Guardian, Senin.

Prefektur Nagano di Jepang tengah adalah salah satu daerah yang paling terdampak. Ketinggian air di beberapa tempat di wilayah itu mencapai 4 meter karena Sungai Chikuma dan Abukuma meluap.

Sebelum badai melanda, Pemerintah Jepang telah mengeluarkan perintah kepada puluhan juta warganya untuk mengevakuasi diri dan meninggalkan rumah. Namun, sebagian penduduk memilih tinggal di rumah karena merasa tak perlu mengevakuasi diri. Hal itu dilakukan Kiyokazu Shimokawa (71 tahun).

"Saya membuat kesalahan dengan memperkirakan bahwa selama kami berada di lantai dua rumah itu, kami akan baik-baik saja," kata Shimokawa kepada Reuters di pusat evakuasi di Nagano.

Melihat terjangan air begitu deras, ia dan keluarga akhirnya menyadari harus mengungsi. "Tapi sudah terlambat. Air naik dengan sangat cepat.” Shimokawa, ibu, dan istrinya baru bisa dievakuasi dari rumahnya pada Ahad (13/10) sore setelah terjebak sejak Sabtu (12/10) malam.

Japan Today pada Senin sore melaporkan, banjir masih menggenangi sejumlah wilayah. Rumah-rumah dan ruas jalan di sekitarnya juga tertutup lumpur. Potongan-potongan kayu dan puing pun berserakan. Beberapa tempat yang biasanya kering menjadi tampak seperti sungai raksasa.

Upaya penyelamatan dilakukan dengan kekuatan penuh. Pemerintah Jepang mengerahkan tentara dan petugas pemadam kebakaran dari seluruh Jepang. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan, pemerintah akan membentuk tim bencana khusus, termasuk pejabat dari berbagai kementerian, untuk menangani dampak dari topan Hagibis.

Tim itu juga akan bertugas membantu mereka yang berada di pusat evakuasi dan meningkatkan upaya untuk memulihkan air dan listrik ke rumah-rumah. "Respons kita harus cepat dan tepat," kata Abe. Abe menyebut, topan Hagibis menyebabkan kerusakan yang cukup luas.

photo
Sebuah mobil terseret air bah di Prefektur Miyagi , Jepang, setelah Topan Hagibis menghantam kota tersebut , Ahad (13/10)..

Salah satu kerusakan serius terjadi di Prefektur Nagano karena tanggul Sungai Chikuma pecah. Daerah di Prefektur Miyagi dan Fukushima di Jepang utara juga mengalami banjir parah. Di daerah-daerah tersebut, tim penyelamat mendayung dengan perahu ke masing-masing rumah yang setengah terendam dan mengevakuasi setiap penyintas yang ditemukan.

Tokyo Electric Power Co mengumumkan, sebanyak 56.800 rumah di Tokyo dan prefektur terdekat masih terputus aliran listriknya. Sementara, Tohoku Electric Power Co mengatakan, 5.600 rumah yang mereka layani di Miyagi, Iwate, Fukushima, dan Niigata juga masih gelap gulita.

Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menyampaikan, lebih dari 110 ribu polisi, pemadam kebakaran, tentara, dan personel penjaga pantai dimobilisasi dalam operasi penyelamatan. Sekitar 100 helikopter juga dikerahkan dalam operasi penyelamatan ini.

Ramalan cuaca memprakirakan wilayah timur dan tengah Jepang akan diguyur hujan lebat. Di wilayah itu, tanah sudah semakin gembur karena hujan deras akibat badai Hagibis. Suga pun meminta warga tetap mewaspadai kemungkinan tanah longsor.

"Hari ini diperkirakan hujan mengguyur daerah yang terdampak karena hujan yang telah kami lihat sejauh ini, permukaan air di beberapa sungai tinggi, dan tanah di beberapa wilayah melunak. Mohon tetap waspada terhadap longsor dan banjir bandang," katanya.

photo
Permukiman terendam banjir akibat Topan Hagibis di Koriyama, Prefektur Fukushima, Jepang, Ahad (13/10).

Topan Hagibis yang melanda pada akhir pekan lalu turut merenggut nyawa warga negara asing (WNA). Lima pelaut Cina dilaporkan tewas setelah kapal kargo berbendera Panama yang mereka awaki tenggelam diterjang badai pada Sabtu (12/10).

Peristiwa tersebut juga menyebabkan seorang anak buah kapal berkewarganegaraan Cina lainnya hilang dan seorang lagi berhasil diselamatkan. Kedutaan Besar Cina di Tokyo terus berkomunikasi dengan Badan Keamanan Laut Jepang dan meminta agar pencarian korban hilang terus dilakukan, tulis media resmi Cina, Senin.

Kapal Panama berbobot 1.925 ton itu lego jangkar di lepas pantai Kota Kawasaki di sebelah selatan Tokyo saat badai Hagibis mulai mendekat. Kapal tersebut hilang kontak pada Sabtu, pukul 09.40 waktu setempat, sebagaimana pernyataan Badan Keamanan Laut (Bakamla) Jepang.

Kapal nahas tersebut diawaki 12 orang yang terdiri atas tujuh warga negara Cina, tiga warga Myanmar, dan dua warga Vietnam. Hingga Senin pagi, empat orang berhasil diselamatkan, sedangkan lima dinyatakan tewas, tetapi yang tiga lainnya belum ditemukan.

Pada Senin pagi itu pula, badan kapal ditemukan tergeletak di dasar laut. Bakamla Jepang terus melanjutkan pencarian korban dengan mengerahkan sejumlah kapal patroli dan helikopter. n lintar satria/reuters ed: satria kartika yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement