Selasa 15 Oct 2019 10:06 WIB

Pengaruh Putin di Timur Tengah Makin Berkembang

Kedua negara menandatangani belasan nota kesepahaman di berbagai bidang.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bersama Raja Salman dari Arab Saudi saat kunjungan Putin ke Riyadh, Senin (14/10).
Foto: Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bersama Raja Salman dari Arab Saudi saat kunjungan Putin ke Riyadh, Senin (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kunjungan pertamanya ke Arab Saudi setelah satu dekade lebih, Senin (14/10). Pertemuan itu mengisyaratkan kekuatan Rusia di Timur Tengah.

Rusia memiliki keuntungan militer di Suriah, hubungan kuat dengan saingan regional Saudi, dan kerja sama energi. Bendera Rusia dan Saudi berbaris di jalan utama Riyadh menjelang kunjungan satu hari Putin. Orkestra Simfoni Rusia Tchaikovsky juga akan menggelar pertunjukan di malam hari.

Baca Juga

Putin akan melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab pada Selasa. Putin bertemu Raja Salman dan penguasa de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Putin mengatakan dia memiliki hubungan persahabatan.

“Saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan raja dan putra mahkota. Kami telah membuat kemajuan yang baik secara praktis di semua bidang," ujar Putin dikutip dari Arab News.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin dan Raja Salman mengatakan hubungan bilateral penting bagi keamanan dan stabilitas regional. Setelah diskusi yang menyentuh investasi bersama serta konflik di Suriah dan Yaman, Pangeran Salman mengatakan, kerja sama Arab Saudi-Rusia dalam energi akan mencapai stabilitas.

Pada forum yang dihadiri 300 CEO Saudi dan Rusia, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan, para produsen menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap kesepakatan itu. Rusia mengatakan, tidak ada pembicaraan yang sedang dilakukan untuk mengubahnya.

"Dana Investasi Langsung dan Dana Investasi Publik kami di Arab Saudi telah bersama-sama membangun 10 miliar dolas AS, dan 2 miliar dolar AS telah diinvestasikan," kata Putin.

Kedua belah pihak menandatangani belasan nota kesepahaman selama kunjungan termasuk di bidang energi, petrokimia, transportasi dan kecerdasan buatan. Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) Kirill Dmitriev mengatakan, sejumlah investor Rusia tertarik pada penawaran umum perdana Aramco.

Perusahaan minyak utama itu menjual 1-2 persen melalui listing lokal yang akan diumumkan segera, menjelang penawaran internasional potensial. Menteri Energi Alexander Novak mengatakan Rusia tertarik untuk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Saudi tentang gas alam.

Moskow, pengekspor gandum terbesar di dunia, membuat beberapa kemajuan dalam mengakses pasar-pasar Saudi dan Timur Tengah. Kerajaan dan Rusia sepakat pada Agustus untuk melonggarkan spesifikasi untuk impor gandum, membuka pintu bagi impor Laut Hitam. RDIF dan Saudi Agricultural & Livestock Investment Company menandatangani perjanjian untuk bersama-sama mencari proyek investasi di sektor pertanian Rusia.

Menjelang kunjungan itu, Putin menawarkan untuk menyediakan sistem pertahanan Rusia ke kerajaan setelah serangan 14 September pada fasilitas minyaknya. Dia mengatakan, Rusia juga bisa memainkan peran positif dalam mengurangi ketegangan dengan Iran yang memberikan hubungan baik dengan kedua belah pihak.

Rencana Saudi yang telah lama mempertimbangkan untuk membeli sistem rudal darat -S400 akan menimbulkan keresahan di AS. AS pun telah mengirimkan 3.000 tentara dan sistem pertahanan udara tambahan ke Arab Saudi.

Presiden AS Donald Trump menolak tekanan untuk memberi sanksi kepada Riyadh atas pelanggaran HAM, termasuk pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Dia menyebut langkah bodoh untuk melakukan itu, karena akan menguntungkan pesaingnya, Rusia dan China.

Pejabat senior kementerian luar negeri Adel al-Jubeir mengatakan, tidak melihat kontradiksi atas kerja sama dengan Moskow. "Kami tidak percaya memiliki hubungan dekat dengan Rusia memiliki dampak negatif pada hubungan kami dengan Amerika Serikat," katanya. Al-Jubeir mengatakan, Saudi percaya dapat memiliki hubungan yang strategis dan kuat dengan AS, sementara mereka mengembangkan hubungan baik pula dengan Rusia.

Langkah-langkah pendekatan ini membuat kekuatan Rusia di Timur Tengah semakin kuat. Moskow mulai menambah kekuatan di Timur Tengah pada 2015 dengan mengirimkan pasukan ke Suriah, sementara Amerika Serikat mundur. Negara ini menjadi pendukung utama Presiden Bashar al-Assad di tengah perang saudara dan Arab Saudi berpihak pada pemberontak Suriah.

Rusia juga telah memperkuat hubungan dengan Muslim Sunni Arab Saudi dan Iran Syiah. Masalah kedua pihak ini baru-baru ini memburuk dengan penyerangan terhadap fasilitas minyak milik Saudi yang diduga dilakukan oleh Iran.

Ketegangan dengan Iran telah naik setelah Washington tahun lalu mundur dari perjanjian nuklir internasional 2015 dengan Teheran. Keputusan ini membuat sanksi yang diberlakukan tidak berlaku kembali.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement