Selasa 15 Oct 2019 13:25 WIB

BPS: Penurunan Harga Komoditas Sebabkan Ekspor Kontraksi

Nilai ekspor pada periode Januari sampai September 2019 adalah 124,17 miliar dolar AS

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi ekspor impor.
Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Ilustrasi ekspor impor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor pada periode Januari sampai September 2019 adalah 124,17 miliar dolar AS. Nilai ini turun 8,00 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yaitu 134,9 miliar dolar AS. 

Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, penurunan harga komoditas menjadi faktor utama penurunan kinerja ekspor pada tahun ini. Dua di antaranya harga batu bara dan minyak sawit, yang masing-masing turun 42,83 persen dan 4,13 persen dibandingkan tahun lalu.

Baca Juga

"Itu yang menyebabkan total nilai ekspor kita mengalami penurunan cukup dalam," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (15/10). 

Padahal, Suhariyanto mengatakan, volume ekspor dua komoditas unggulan Indonesia tersebut mengalami peningkatan. Ia menyebutkan, volume ekspor batu bara tumbuh 8,25 persen. Sementara itu, volume ekspor untuk lemak dan minyak hewan nabati, yang di dalamnya termasuk minyak sawit, meningkat 2,8 persen. 

Penurunan harga batu bara yang signifikan membuat ekspor bahan bakar mineral pada sembilan bulan pertama ini mengalami kontraksi 8,78 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pada 2018, nilainya adalah 18,4 miliar dolar AS yang turun menjadi 16,8 miliar dolar AS pada tahun ini. 

Kondisi serupa juga terjadi pada golongan lemak dan minyak hewan/ nabati. Penurunan harga minyak sawit membuat ekspor golongan ini menurun hingga 18,76 persen. Pada Januari-September 2018, nilainya adalah 15,26 miliar dolar AS yang turun menjadi 12,4 miliar dolar AS pada tahun ini. 

Apabila melihat kinerja pada September saja, nilai ekspor Indonesia adalah 14,1 miliar dolar AS. Nilai itu turun 5,74 persen dibandingkan September 2018. Sementara ekspor non migas turun 2,70 persen, kontraksi lebih dalam terjadi pada sektor migas yang turun hingga 37,13 persen. 

Penurunan ekspor migas disebabkan menurunnya ekspor minyak mentah 33,65 persen menjadi 94,7 juta dolar AS. Ekspor gas yang turun 11,04 persen menjadi 505,8 juta dolar AS, juga menjadi faktor pendukungnya. 

Suhariyanto menyebutkan, pelambatan kinerja ekspor tidak terlepas dari kondisi global yang masih tidak pasti. Negara tujuan ekspor komoditas dan produk Indonesia mengurangi tingkat permintaannya. "Terlihat dari penurunan nilai ekspor terjadi pada semua negara tujuan utama ekspor kita," tuturnya. 

Misalnya saja ke Cina. Nilai ekspor Indonesia ke Cina pada periode Januari sampai September 2019 mencapai 18,35 miliar dolar AS, turun 0,97 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, 18,55 miliar dolar AS. 

Kontraksi lebih dalam terlihat pada ekspor ke Jepang yang mengalami penurunan sampai 18,23 persen. Pada periode Januari sampai September 2018, nilainya mencapai 12,5 miliar dolar AS yang turun menjadi 10,2 miliar dolar AS pada tahun ini. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement