Selasa 15 Oct 2019 15:01 WIB

Neraca Dagang Defisit, Apindo Duga Daya Beli Melemah

Pengaruh global juga menjadi faktor penurunan neraca dagang Indonesia.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas ekspor impor.
Foto: bea cukai
Aktivitas ekspor impor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia pada September 2019 mengalami defisit 160,5 juta dolar AS. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menduga hal tersebut terjadi disebabkan daya beli masyarakat melemah. 

"Karena ekonomi kita selama ini dipacu didorong oleh konsumsi rumah tangga. Kalau konsumsi turun dampaknya akan terjadi penurunan daya beli," kata Hariyadi di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (15/10).

Baca Juga

Meskipun begitu, Hariyadi menambahkan pengaruh global juga menjadi faktor penurunan neraca dagang Indonesia. Dia menjelaskan Bank Dunia juga sudah menurunkan proyeksi angka pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, Hariyadi memandang kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak optimal. "Dalam arti yang menikmati pertumbuhan ini hanya kelas menengah atas, menengah bawah sebetulnya mereka dalam kondisi yang tertekan," jelas Hariyadi. 

Untuk itu, Hariyadi menuturkan jika kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa bagus harus ada regulasi yang mendukung. Khususnya, kata dia, regulasi untuk mendorong penciptaan lapangan kerja harus sejalan dengan kebijakan yang ada.

Secara akumulasi periode Januari sampai September 2019, BPS juga mencatat nilai defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai 1,95 miliar dolar AS. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan situasi ekonomi global masih memegang peranan penting pada kondisi neraca dagang yang defisit sampai saat ini. 

"Perang dagang berlangsung, menyebabkan penurunan permintaan negara mitra dagang terhadap produk Indonesia," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Selasa (15/10).

Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor menghadapi kontraksi. Pada September 2019, ekspor Indonesia turun 1,29 persen dibandingkan Agustus 2019. Penurunan lebih dalam terjadi dibandingkan September 2018 yang mencapai 5,74 persen. 

Secara akumulasi, kinerja ekspor terlihat tumbuh negatif. Pada periode Januari sampai September 2018, besarannya adalah 134,9 miliar dolar AS yang kemudian turun menjadi 124,1 miliar dolar AS yang berarti terjadi kontraksi 8,00 persen. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement