REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (14/10) mengatakan kegagalan masyarakat internasional untuk membantu Turki menangani jutaan pengungsi menyulut operasi militer di bagian timur-laut Suriah.
Di dalam satu artikel yang ia kirim ke The Wall Street Journal, Erdogan mengatakan tak satu negara pun telah merasakan sakit akibat krisis kemanusiaan yang berlangsung lebih parah daripada yang dirasakan Turki sejak perang saudara Suriah meletus pada 2011. Ia mengatakan Ankara mencapai batasnya. Ia menambahkan dunia tak mengacuhkan peringatan yang berulangkali disampaikan Turki mengenai ketidakmampuannya untuk menanggulangi masalah perawatan lebih dari 3,6 juta pengungsi Suriah tanpa dukungan internasional.
"Pemerintah saya menyimpulkan masyarakat internasional takkan bertindak, jadi kami mengembangkan rencana buat Suriah Utara," kata Erdogan laporan Kantor Berita Turki, Anadolu.
"Tanpa rencana pilihan guna menangani krisis pengungsi, masyarakat internasional mesti bergabung dalam upaya kami atau mulai menerima pengungsi."
Turki pada Rabu (9/10) melancarkan Operasi Perdamaian Musim Semi ke sisi timur Sungai Eufrat di Suriah Utara guna menjamin keamanan perbatasannya dengan menghapuskan anasir teror dan menjamin kepulangan aman pengungsi Suriah serta keutuhan wilayah Suriah. Ankara ingin menghapuskan anasir teror dari PKK dan cabangnya di Suriah, PYD/YPG.
Dalam lebih dari 30-tahun aksi teror melawan Turki, PKK yang dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris oleh Turki, AS, dan Uni Eropa disebut bertanggung-jawab atas kematian 40 ribu orang, termasuk perempuan, anak-anak dan bayi. Erdogan menyatakan Turki tak memiliki masalah dengan etnik atau kelompok agama apa pun di Suriah.
"Dari perspektif kami, semua warga Republik Arab Suriah yang tidak menjadi anggota kelompok teroris, sama. Secara khusus, kami menyamakan PKK dengan Suku Kurdi Suriah," tulis Erdogan.
Erdogan juga mengatakan Ankara akan menjamin bahwa tak ada anggota ISIS yang dipenjarakan di wilayah tersebut pergi dari sana. Dia juga menyampaikan kesediaan Turki untuk bekerja sama dengan negara sumber dan organisasi internasional mengenai rehabilitasi anak-anak dan pasangan petempur asing.
Di dalam artikel itu, Erdogan juga mengecam beberapa negara Eropa karena kegagalan mereka untuk menghentikan arus militan asing pada 2014 dan 2015.
"Barangkali pemerintah di negara tertentu Eropa, yang takkan saya sebutkan namanya, ingin menjelaskan kepada dunia bagaimana seorang warga negaranya dapat naik pesawat ke Istanbul pada 2014 dengan membawa amunisi di barang bawaannya yang sudah diperiksa."
"Begitu juga, Prancis telah menghalangi penjualan senjata ke Turki, tapi mengapa negara tersebut mengabaikan peringatan yang berulangkali telah kami sampaikan mengenai serangan teror yang bakal terjadi?" ujarnya.
Dalam jawaban terhadap kecaman Liga Arab mengenai operasi Turki, Erdogan mengatakan pernyataan Liga tidak mencerminkan perasaan dan pandangan sesungguhnya rakyat Arab. Liga Arab "tak memiliki keabsahan", katanya.
"Karena mereka sangat tidak senang dengan upaya Turki untuk menyatukan kembali pengungsi Suriah dengan tanah leluhur mereka, berapa banyak korban perang yang telah mereka terima?"