REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Sekitar 7.000 rumah tangga di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, belum menikmati aliran listrik secara mandiri. Namun kebanyakan mereka bukan berarti belum mendapat penerangan listrik PLN.
''Umumnya sudah menikmati penerangan listrik PLN, namun dengan mengalirkan listrik dari rumah warga yang terpasang listrik mandiri,'' jelas Manajer Bagian Pemasaran Pelayanan Pelanggan UP3 PLN Purwokerto, Edi Cahyanto, Selasa (15/10).
Menurutnya, kebanyakan rumah tangga yang belum menikmati aliran listrik mandiri memang berasal dari keluarga miskin. Mereka tinggal di perdesaan atau wilayah terpencil yang belum terjangkau aliran listrik PLN, dan kantong-kantong kemiskinan wilayah perkotaan.
Untuk mengatasi hal ini, Edi menyatakan, PLN telah mewajibkan semua pegawai PLN untuk membantu mereka. Dalam hal ini, satu pegawai PLN wajib menangani satu rumah tangga miskin sesuai nomer induk kependudukan basis data terbaru.
''Jumlah pegawai di PLN UP Purwokerto ada sebanyak 200 orang. Dengan demikian, ada 200 rumah tangga miskin yang sudah tersambung aliran listrik mandiri. Selain itu, ada program CSR melalui Kementerian EDSM, di mana pada 2019 ini Kabupaten Banyumas mendapat alokasi 1.062 sambungan baru PLN untuk rumah tangga miskin,'' jelasnya.
Melalui program ini, RTM tidak akan dikenakan biaya pemasangan baru aliran listrik. ''Namun untuk rekening tiap bulannya, tetap harus bayar sendiri. Sesuai ketentuan, karena daya terpasangnya hanya 450 watt, maka mereka termasuk rumah tangga yang berhak mendapat subsidi,'' kata dia.
Edi menyebutkan, program pemasangan baru aliran listrik mandiri ini sudah berjalan, dan akhir Oktober 2019 ini harus sudah selesai. ''Melalui program ini, kami menargetkan pada tahun 2020, tidak ada lagi RTM yang belum terpasang daya listrik mandiri,'' jelasnya.
Berdasarkan data per September 2019 lalu, jumlah pelanggan khusus rumah tangga di Kabupaten Banyumas saat ini tercatat 448.608 titik. Sejak 2015 silam, pemasangan baru sambungan listrik di Banyumas selalu mengalami kenaikan.
''Hal ini mengingat, proses pemasangan pelanggan baru memang sangat mudah. Bahkan kemudahan mendapatkan listrik di Indonesia pada 2019, menduduki peringkat ke 25 dari 190 negara. Ini merupakan data yang diberikan oleh Bank Dunia,'' ujarnya.