REPUBLIKA.CO.ID, SOFIA -- Ketua Federasi Sepak Bola Bulgaria Borislav Mihaylov, Selasa (15/10), mundur dari jabatannya setelah insiden teriakan rasis penonton Bulgaria pada timnas Inggris pada pertandingan kualifikasi Euro 2020 di Sofia. Laga itu berakhir 6-0 untuk kemenangan Inggris.
Menyusul pertandingan ini, Ketua Federasi Sepak Bola UEFA Aleksander Ceferin menyatakan, sepak bola harus melancarkan perang kepada para pelaku pelecehan rasial. Inggris menang besar dalam pertandingan ini tetapi terus-terusan dicemooh secara rasis oleh fan Bulgaria sampai-sampai pertandingan dihentikan dua kali pada babak pertama.
Insiden itu memaksa Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengutuk keras rasisme, perbuatan keji yang di antara bentuknya adalah bersuara menirukan suara kera dan sautan ala Nazi.
Johnson menyeru UEFA mengambil tindakan keras. Dan gayung bersambut, ketika PM Bulgaria Boyko Borisov mendesak presiden federasi sepak bola negaranya untuk mundur.
"Saya mendesak Borislav Mihaylov untuk mengundurkan diri sesegera mungkin!" tulis Borisov dalam Facebook, seraya menambahkan bahwa adalah tak bisa dibenarkan jika Bulgaria dikaitkan dengan rasisme dan xenofobia.
Beberapa jam kemudian Persatuan Sepak Bola Bulgaria (BFU) menyatakan Mihaylov sudah mengajukan pengunduran dirinya dan menyerahkan otoritasnya kepada anggota Komite Eksekutif BFU.
Pengunduran diri Mihaylov terjadi beberapa saat sebelum markas besar BFU digeledah jaksa dan polisi, kendati belum jelas apakah ini berkaitan dengan pengunduran diri Mihaylov atau pelecehan rasis terhadap pemain-pemain kulit hitam timnas Inggris.
Beberapa saat sebelum UEFA mengumumkan penyelidikan atas perilaku fan Bulgaria itu, Presiden UEFA Aleksander Ceferin menekankan lagi komitmen badan sepak bola Eropa itu untuk memberantas penyakit rasisme. "Lebih luas lagi, keluarga besar sepak bola, semua orang dari pengelola sampai pemain, pelatih, dan fan harus bekerja sama dengan pemerintah dan LSM untuk melancarkan perang terhadap kaum rasis," kata dia seperti dikutip AFP.