REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Tayyep Erdogan mengatakan tidak akan mendeklarasikan gencatan senjata di timur laut Suriah. Stasiun televisi NTV melaporkan Erdogan juga mengatakan tidak takut dengan sanksi Amerika Serikat (AS).
Pada Senin (16/10), dalam perjalanannya pulang dari Baku, Azerbaijan Erdogan mengatakan pembicaraan dengan Washington dan Moskow di kota Kobani dan Manbij, Suriah terus berlanjut. Ia menambahkan 'bukan hal negatif' untuk tentara pemerintah Suriah masuk Manbij asalkan wilayah itu sudah dibersihkan dari milisi.
Presiden AS Donald Trump menawarkan memediasi perselisihan antara Turki dengan pasukan Kurdi di Suriah. Erdogan mengatakan Turki tidak akan 'bernegosiasi dengan organisasi teroris'.
Di tempat terpisah, kantor kepresidenan Turki mengatakan Erdogan memberitahu Presiden Rusia Vladimir Putin melalui sambungan telepon serangan Turki di timur laut Suriah akan berkontribusi dalam upaya kontraterorisme. Selain itu juga menjaga integritas wilayah Suriah dan mengarah pada proses solusi politik.
Sebelumnya, Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence dikabarkan akan bertemu dengan Erdogan. Dalam pernyataannya Gedung Putih mengatakan Mike Pence akan meminta Turki melakukan gencatan senjata di Suriah.
"Wakil Presiden Pence akan mengulang kembali komitmen Presiden Trump untuk mempertahankan sanksi ekonomi terhadap Turki sampai resolusi dicapai," kata pernyataan Gedung Putih.
Sebelumnya pada Senin (14/10), Pence sudah mengatakan Washington 'sama sekali tidak akan mentolerir lagi invasi militer Turki ke Suriah'. Pence menambahkan, Presiden Trump telah membahasnya melalui telepon dengan Erdogan.